Dinas PUPR Kalsel

Melihat Wajah Baru Kompleks Makam Sultan Suriansyah

apahabar.com, BANJARMASIN – Kompleks Makam Sultan Suriansyah bakal ditata lebih ciamik lagi. Seiring perkembangan zaman, situs…

Desain penataan Kompleks Makam Sultan Suriansyah merupakan kolaborasi antara Universitas Lambung Mangkurat dan Pemerintah Provinsi Kalsel yang mengacu pada konsep kelambu kuning. Foto-foto: Dinas PUPR Kalsel

apahabar.com, BANJARMASIN – Kompleks Makam Sultan Suriansyah bakal ditata lebih ciamik lagi. Seiring perkembangan zaman, situs budaya andalan Kota Seribu Sungai ini makin ramai dikunjungi wisatawan maupun peziarah.

Selain wisata, makam raja pertama Kerajaan Banjar tentu saja menjadi objek bersejarah bagi warga Kota Seribu Sungai. Apalagi di tengah riuh-rendah polemik pemindahan ibu kota Kalsel ke Banjarbaru. Banjarmasin dinilai lebih layak menjadi ibu kota, salah satunya, karena Kesultanan Banjar bukan berada di Banjarbaru.

Makam Sultan Suriansyah berada di Jalan Kuin, sebelah utara Kota Banjarmasin. Pusat kerajaan sebelumnya sempat berpindah ke Martapura setelah Keraton Kesultanan Banjar dihancurkan Belanda pertengahan 1612.

Menilik ke belakang, makam Sultan Suriansyah telah ditetapkan sebagai situs cagar budaya berdasar SK Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia. Penetapan lantaran nilai signifikan pada usia dan kaitan erat makam terhadap sejarah Kota Banjarmasin.

Teranyar, rencana penataan komplek makam Raja Banjar kembali mencuat ke permukaan. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kalsel baru tadi merilis konsep atau desain perencanaan penataannya.

Konsep penataan merupakan hasil kolaborasi antara Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat dengan Pemerintah Provinsi Kalsel. Mengacu pada ‘kelambu kuning’, representasi corak dan warna kebesaran kesultanan.

Konsep ruang pada Kompleks Makam Sultan Suriansyah dibagi menjadi 3 lantai. Yaitu Zona Inti Cagar Budaya, Zona Wisata dan Zona Peziarah.

Dengan luas 1.802 meter persegi, lantai satu akan berfungsi sebagai zona publik dan zona semipublik secara terpisah untuk pengunjung peziarah dan wisatawan.

Kemudian, lantai dua seluas 1.046,9 meter persegi berfungsi sebagai zona semi-publik khusus diakses pengunjung wisatawan. Juga sebagai ruang perpustakaan yang menyimpan koleksi pusaka dan galeri dan men-display benda-benda cagar budaya yang berkaitan dengan makam.

Sementara lantai tiga dengan luas 479,1 meter persegi berfungsi sepenuhnya sebagai zona privat untuk keperluan pengelolaan dan pemeliharaan. Sedang lantai empat dengan luas 132,6 meter persegi merupakan bagian atap berfungsi sepenuhnya untuk utilitas dan pemeliharaan.

Dinas PUPR Kalsel mengatakan penataan kompleks Makam Sultan Suriansyah bertujuan untuk mengenalkan cagar budaya yang dimiliki Kota Banjarmasin ke khalayak luas. Termasuk melestarikan dan memperkuat citra warisan budaya Kota Seribu Sungai. Sekaligus menambah fungsi baru yang relevan dalam rangka pemajuan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan peningkatan ekonomi masyarakat.

Sejarah Makam

Pada 1982/1983 dilakukan studi kelayakan dalam rangka pemugaran oleh sebuah tim yang dipimpin Machi Suhadi, epigraf dari Puslit Arkenas Jakarta.

Pemugaran yang dilakukan antara lain memperkuat pagar bagian bawah dengan slop beton; membersihkan dan membetulkan letak nisan makam, memperkuat dan merapikan letak marmer makam; memperbaiki ukiran-ukiran yang rusak dan mengembalikan cat makam seperti warna semula.

Selanjutnya, seperti dilansir laman Banjarmasin.go.id, pada 1985/1986 dilakukan penyusunan kembali batu bata tanggul dan membangun cungkup yang baru menggantikan cungkup lama yang didirikan pada 1985. Karena merupakan peninggalan sejarah, maka ditempatkan pula juru pelihara yang bertugas membersihkan dan merawatnya.

Untuk diketahui, Makam Sultan Suriansyah berada pada kompleks pemakaman Kerajaan Banjar. Selain sang sultan beserta ratu, terdapat beberapa makam lain. Seperti makam anak seorang Cina, hulubalang kerajaan, Pangeran Muhammad, Pangeran Ahmad, Sayyid Muhammad, Gusti Muhammad Arsyad, Syeh H Abd. Malik.

Selain makam ratu, keturunan, dan kerabat kesultanan Banjar, juga terdapat beberapa fasilitas untuk wisatawan maupun peziarah. Di antaranya museum di halaman atau pintu masuk bagian kanan. Yang berisi salah satunya guci, mangkok, teko, pecahan keramik, batu kerikil, kayu, lempeng batu, hingga koin kuno. Pada dinding museum terpampang gambar Sultan Banjar dan silsilahnya.

Koleksi utama di makam ini lekat kaitannya dengan peninggalan Sultan Suriansyah, Raja pertama Banjar yang memeluk agama Islam di tahun 1526 M.Hingga saat ini makam Sultan Suriansyah ramai dikunjungi masyarakat dan menjadi tempat ziarah.

Bambangin Hanya Gusti, Bukan Yang Lain