Relax

Melangkah ke UNESCO, Begini Pamor Kebaya dari Masa ke Masa

apahabar.com, JAKARTA – Gerakan Kebaya Goes to UNESCO terus digaungkan oleh berbagai kalangan di Indonesia. Kampanye…

apahabar.com, JAKARTA – Gerakan Kebaya Goes to UNESCO terus digaungkan oleh berbagai kalangan di Indonesia.

Kampanye yang digelar mulai 9 Agustus sampai 9 Desember 2022 ini merupakan upaya mendaftarkan kebaya sebagai warisan budaya tak benda nusantara ke organisasi naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tersebut.

"Dunia perlu mengetahui dan mengakui bahwa kebaya adalah warisan budaya berbusana dari leluhur Nusantara yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu," tulis laman tradisikebaya.id, salah satu website yang mengampanyekan gerakan Kebaya Goes to UNESCO, dikutip Kamis (11/8).

Sederet komunitas dan selebriti Tanah Air turut berpartisipasi dalam mengampanyekan gerakan ini.

Sebut saja, Dian Sastrowardoyo, yang mengajak wanita Indonesia untuk mengunggah foto mengenakan kebaya ke salah satu website pelopor kampanye tersebut.

Aktris berusia 40 tahun itu juga mengunggah foto dirinya bersama Andien, Titi Radjo, Rania Maheswari, dan Shareefa Daanish dalam balutan kebaya yang menawan di akun Instagram pribadinya.

Artis bangga berkebaya (foto: istimewa)

Dalam unggahan tersebut, Dian dan kawan-kawan terlihat mengenakan kebaya bergaya putu baru dengan beragam warna.

Tampilan mereka nampak sederhana, layaknya wanita zaman dulu yang memakai kebaya sebagai pakaian sehari-hari.

Kala itu, kebaya yang digunakan wanita Jawa untuk pakaian sehari-hari lebih sederhana, di mana cukup memakai kemben, stagen, dan kain panjang.

Ya, kebaya memang terkenal sebagai pakaian tradisional yang identik dengan daerah Jawa.

Kebaya sendiri berasal dari bahasa Arab, yakni abaya yang berarti pakaian. Terkait asal usul kebaya itu sendiri, sampai saat ini belum diketahui secara pasti sejarahnya.

Namun, sejumlah sumber mengatakan bahwa kebaya sebenarnya berasal dari Tiongkok.

Kebaya Diduga Berasal dari Tiongkok

Usut punya usut, eksistensi kebaya pertama kali muncul di Tiongkok pada tahun 1300 hingga 1600 Sebelum Masehi. Bentuk kebaya pada masa itu berupa baju tunik, yang umumnya digunakan wanita Tionghoa di zaman Dinasti Ming.

Pada 1500 sampai 1600 Sebelum Masehi, wanita imigran Tionghoa mulai masuk ke Indonesia. Persebaran kebaya pun lantas tertuju ke wilayah Jawa, Bali, Sumatra, dan Sulawesi. Kala itu, kebaya telah mengalami akulturasi, sehingga modelnya berkembang menjadi kebaya encim.

Inilah yang menjadi cikal bakal munculnya kebaya berupa baju atasan sejenis tunik dengan lengan panjang, menutup leher dan lutut, serta berbentuk mirip baju kurung.

Kebaya Disinyalir sebagai Budaya Asli Indonesia

Namun, sumber literatur lainnya mengatakan bahwa kebaya adalah pakaian asli Indonesia.

Konon, baju ini sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit, lebih tepatnya seiring dengan penyebaran Islam pada abad ke-13.

Kala itu, kebaya digunakan oleh permaisuri dan selir raja. Model busana tersebut umumnya berupa kemben, stagen, serta padanan kain yang menutupi area dada.

Model kebaya lantas mengalami penyesuaian ketika agama Islam masuk ke Indonesia.

Kebaya yang semula berupa kemben, ditambahkan dengan akses outer atau luaran berupa kain tipis untuk menutup bagian belakang tubuh, bahu, dan kedua lengan.

Kebaya Pernah Menjadi Simbol Sosial

Pada masa Pemerintahan Hindia Belanda yang jatuh pada tahun 1800-an, penggunaan kebaya diterapkan sesuai kelas sosial.

Kasta tertinggi yang meliputi keluarga keraton dan bangsawan, mengenakan kebaya dari bahan sutera, beludru, atau brokat.

Sedangkan, perempuan Belanda atau keturunan asing mengenakan kebaya yang terbuat dari bahan katun dengan bentuk dan potongan lebih pendek.

Keturunan Eropa lainnya memakai baju kebaya berbahan katun halus dengan hiasan brokat di pinggirnya.

Adapun kasta terendah yang mencakup kalangan biasa, umumnya memakai kebaya dari bahan katun atau tenun berharga murah.

Tren Modernisasi Kebaya

Meski sempat meredup akibat pengaruh budaya pop dari negara barat, kebaya kembali meraih masa kejayaannya sekitar tahun 2000.

Perancang busana kala itu berlomba membuat kebaya modern dengan beragam bahan kain yang indah.

Bahkan, tak sedikit pula yang menggunakan bahan mewah, seperti sutera organdi, lace, kain shantung bahan tekstil impor, serta berbagai bahan yang terbuat dari serat alam lainnya, seperti tenunan serat nanas dan serat pisang.

Hingga saat ini, kebaya dikenal memiliki dua jenis, yaitu kebaya encim dan kebaya kutu baru.

Kebaya encim umumnya dihiasi dengan sulaman dan bordiran, sedangkan kebaya kutu baru bergaya tunik pendek berwarna-warni dengan motif yang cantik. (Nurisma)