apahabar.com, SURABAYA- Polisi menyatakan kasus mayat dalam koper terkait asmara. Mereka menduga pelaku mutilasi adalah orang dekat korban.
Dari rekam jejak digital, seperti dilansir detikcom, korban bernama Budi Hartanto aktif memposting setiap kegiatannya di media sosial. Dia memiliki banyak teman, baik di dunia nyata maupun di dunia maya (media sosial).
Pria asal Kelurahan Tamanan, Kecamatan Mojoroto, Kediri itu diketahui guru honorer sekolah dasar di Kota Kediri dan mendirikan sanggar tari.
Korban dikenal pribadi yang ramah dan luwes dalam pergaulan. Kini pihak kepolisian menduga, pelaku yang tega memutilasi Budi dan membuang mayatnya dalam koper di Blitar merupakan orang dekat korban.
Baca Juga: Seorang Guru Tewas: Mayatnya Dibuang dalam Koper Tanpa Kepala
“Pelaku diperkirakan sangat dekat dan sangat mengenal korban. Karena berhubungan juga dengan lingkungan atau komunitas yang sedang digeluti oleh korban,” kata Kabid Humas Polda Jatim Kombes Frans Barung Mangera, Minggu (7/4/2019).
Menurut Barung, korban memiliki "kepribadian ganda". Ada sesuatu di dalam dirinya. Sesuatu yang bisa membuat Budi menjadi seorang perempuan dan bisa menjadi laki-laki.
“Inilah yang menjadi latar belakang dari indikasi bahwa ini adalah masalah private atau masalah asmara,” imbuhnya.
Sebelumnya, Barung menuturkan motif pembunuhan meruncing pada soal asmara. Pihaknya menduga korban memiliki orientasi seks yang berbeda.
Baca Juga: Budi Mayat dalam Koper Bawa 'Banyak Uang', Polisi Masih Lakukan Penyelidikan
“Ada beberapa hal yang harus kita dalami dari penyidik berkaitan dengan orientasi seks yang berbeda dari yang lainnya,” jelas Barung, Jumat (5/4).
Meski belum memastikan apakah korban berkecenderungan memiliki hubungan sesama jenis, Barung mengatakan, “Ke arah situ ya.”
Hingga saat ini, Polda Jatim masih berusaha mengungkap kasusmutilasi mayat dalam koperyang ditemukan tanpa bagian kepala. Pihak kepolisian masih memburu pelaku sekaligus melakukan pencarian bagian kepala korban.
Baca Juga: Dugaan Motif Pembunuhan Mayat dalam Koper Mengerucut; Soal Asmara Ternyata
Editor: Muhammad Bulkini