Tak Berkategori

Masyarakat Kalsel Diminta Tidak Ikut Panik Wabah Virus Corona

apahabar.com, BANJARMASIN – Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (PwBI) Kalimantan, Amanlison Sembiring meminta masyarakat tidak ikut…

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (PwBI) Provinsi Kalsel, Amanlison Sembiring. Foto-apahabar.com/Rizal Khalqi

apahabar.com, BANJARMASIN – Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (PwBI) Kalimantan, Amanlison Sembiring meminta masyarakat tidak ikut panik terkait wabah virus corona yang masuk ke Indonesia. Terutama, ikut aksi borong masker seperti di ibu kota.

Sebab, menurutnya, hal itu bakal berpengaruh pada geliat inflasi.

“Seperti misalnya di Jakarta aksi borong, ya kan. Persediaan akan tentu berkurang. Kalau itu terus menerus Inflsi akan sangat-sangat tinggi,” kata Aman, saat temu media di Kantor Perwakilan BI Kalsel, Jalan Lambung Mengkurat, Banjarmasin, Kamis (5/3).

Aman menyebut, suplay kebutuhan tidak bisa mengikuti grafik panik yang terjadi di masyarakat. Dia berandai dua hal itu berjalan beriringan tentu tidak akan terjadi inflasi.

Aman juga berharap masyarakat agar mengikuti instruksi pemerintah supaya tidak mudah tertular virus corona.

BI terangnnya telah menetapkan lima kebijakan baru, mitigasi akibat penyebaran virus corona yang membuat ketidakpastian di pasar keuangan global semakin tinggi.

Aman juga menjelaskan, lima langkah kebijakan lanjutan yang akan dilakukan BI untuk menjaga stabilitas moneter dan pasar keuangan akibat virus corona tersebut.

Pertama adalah meningkatkan intensitas triple intervention agar nilai tukar Rupiah bergerak, sesuai dengan fundamentalnya dan mengikuti mekanisme pasar.

Untuk itu, BI akan mengoptimalkan strategi intervensi di pasar DNDF, pasar spot, dan pasar SBN guna meminimalkan risiko peningkatan volatilitas nilai tukar Rupiah.

“Intensitas maksudnya, adalah meningkatkan volume baik di pasar spot, DNDF dan SBN agar pasar percaya bahwa BI ada terus di pasar,” jelasnya.

Kedua, menurunkan rasio Giro Wajib Minimum (GWM) Valuta Asing Bank Umum Konvensional dan Syariah, dari semula 8% menjadi 4%, berlaku mulai 16 Maret 2020.

Penurunan rasio GWM Valas tersebut akan meningkatkan likuiditas valas di perbankan sekitar US$ 3,2 miliar dan sekaligus mengurangi tekanan di pasar valas.

Ketiga, menurunkan GWM Rupiah sebesar 50 bps yang ditujukan kepada bank-bank yang melakukan kegiatan pembiayaan ekspor-impor.

Kebijakan ini akan diimplementasikan mulai 1 April 2020 untuk berlaku selama 9 bulan dan sesudahnya dapat dievaluasi kembali.

Jadi dengan penurunan ini diharapkan bank-bank tersebut mampu membayai kegiatan ekspor dan impor agar biaya perdagangan lebih murah.

Keempat, memperluas jenis underlying transaksi bagi investor asing, sehingga dapat memberikan alternatif dalam rangka lindung nilai atas kepemilikan Rupiah.

Kelima, menegaskan kembali bahwa investor global dapat menggunakan bank kustodi global dan domestik dalam melakukan kegiatan investasi di Indonesia.

Meski sudah mengeluarkan kebijakan ujarnya, BI akan terus memantau perkembangan pasar keuangan dan perekonomian.

Termasuk pula dampak COVID-19 serta terus memperkuat bauran kebijakan dan koordinasi dengan Pemerintah daerah dan otoritas terkait, untuk mempertahankan stabilitas ekonomi, mendorong momentum pertumbuhan ekonomi, serta mempercepat reformasi struktural.

Baca Juga: Siapkan 100 Ribu Masker, RNI: Stok Aman untuk Kebutuhan Darurat

Baca Juga: Menperin: Tren Ekspor Otomotif Nasional Kian Positif

Reporter: Rizal Khalqi
Editor: Ahmad Zainal Muttaqin