Kalsel

Masa Observasi Terduga Pembunuh Anak Kandung di Benawa HST Diperpanjang

apahabar.com, BARABAI – 14 hari lebih sudah ibu terduga pelaku pembunuh anak kandung, Sutarti (27) menjalani…

Kapolres AKBP Danang Widaryanto memimpin langsung pemeriksaan TKP kematian dua bocah di HST, Rabu (25/11). Foto-apahabar.com/Lazuardi

apahabar.com, BARABAI – 14 hari lebih sudah ibu terduga pelaku pembunuh anak kandung, Sutarti (27) menjalani perawatan di Poli Kejiwaan RS Kandangan, Hulu Sungai Selatan (HSS).

Lantas bagaimana kondisi terkini terduga kasus di Desa Pagat, Kecamatan Batu Benawa, Hulu Sungai Tengah November lalu?

Informasi terakhir yang didapat apahabar.com, hampir 2 pekan usai kematian dua anak kandungnya, kondisi Sutarti belum ada perubahan.

Dia masih meranyau seperti saat pertama diamankan pihak berwajib di kediamannya di Pagat RT 8, Rabu (25/11) lalu.

Kasat Reskrim Polres HST, AKP Dany Sulistiono mengaku belum mengetahui persis seperti apa kondisinya. Pun demikian hasil observasi kejiwaannya yang signifikan.

“Kita belum tau persis bagaimana [kondisi Sutarti],” kata Kasat dijumpai apahabar.com, Kamis (10/12).

Dikatakan Dany, Sutarti masih perlu diobservasi. “Masa observasi kejiwaan sutarti diperpanjang 7 hari,” tutup Dany.

Sebelumnya diberitakan media ini, dua bocah ditemukan tak bernyawa. Ironisnya, bocah laki-laki dan perempuan itu ditemukan tanpa memakai busana dengan ibunya, Sutarti di kediamannya sendiri.

MNH (6) dan SNH (4) ditemukan setelah warga setempat bersama anggota Polres HST mendobrak pintu rumahnya di Desa Pagat RT 8 Kecamatan Batu Benawa, HST, Rabu (25/11) sore.

Dua bocah itu diduga dibunuh oleh ibu kandungnya sendiri, Sutarti (27).

Warga menduga Sutarti nekat membunuh dua anaknya tersebut lantaran mengalami depresi.

Sebab saat ditemukan, kondisi Sutarti dalam keadaan tanpa busana bersama dua anaknya. Bahkan saat diamankan pihak kepolisian dia masih meranyau tak jelas.

“Kalau dibilang depresi, ya harus dibuktikan dulu. Sekarang masih dalam proses observasi kejiwaan,” kata Dany.

Berdasarkan hasil visum et repertum, dua bocah atau anak kandung Sutarti (27) itu tidak didapati tanda-tanda kekerasan.

Dikatakan Dany, lama kematian MNH dan SNH berkisar antara 4 sampai 8 jam.

Penyebab kematian anak laki-laki dan perempuan Sutarti itu disebutkan mati lemas. Diduga akibat mulut dan hidung kedua bocah itu dibekap.

“Tanda mati lemas karena kehabisan oksigen,” terang Dany.

Mendalami kasus ini, penyidik Polres HST sudah memeriksa 5 saksi. Namun polisi tidak membeberkan siapa saja yang telah diperiksa.

Informasi yang dihimpun apahabar.com, dua di antara saksi itu masih belia. Yakni, AN (15) dan RI (9).

Kaka beradik inilah saksi kunci atas kejadian itu. Mereka mendapati dua adik tirinya, MNH (6) dan SNH (4) sudah tak bernyawa di kamar rumah ibu kandungnya sendiri sekitar pukul 09.00-10.00 di Desa Pagat RT 8, Rabu (25/11).

Runtut kejadian diceritakan paman saksi, Ipul (50) yang juga adik ipar Sutarti. Dia baru tau kronologi kejadiaan setelah RI menceritakan kesaksiannya kepada penyidik.

“Dari yang saya dengar, mulanya anak kandungnya yang laki-laki, tubuhnya dibalut menggunakan kain. Kemudian dari leher hingga kepala juga diikat kain, seperti mayat,” ujar Ipul.

Kemudian, anak yang perempuan masih berumur 4 tahun. Dari pengakuannya, mulut dan hidung bocah ini ditutup menggunakan tangan.

“Melihat hal itu, anak tirinya jadi lari ke tempat saya tanpa menggunakan baju tadi. Mungkin karena saking takutnya. Tapi waktu itu dia tidak bicara apa-apa sampai saya antar ke rumah keluarganya di Waki [salah satu desa di Kecamatan Hantakan],” tutup Ipul.

Kondisi Sutarti saat diamankan tngan dan kakinya diikat. Foto: Istimew