Marie Curie

Marie Curie, Sosok Perempuan Penuh Dedikasi yang Temukan Radioaktif

Marie Curie adalah perempuan penemu radioaktif yang akhirnya meninggal karena penemuannya sendiri.

Fisikawan Marie Curie di laboratoriumnya di Universitas Paris di Prancis pada tahun 1911. Foto: National Geographics

apahabar.com, JAKARTA – Marie Curie merupakan wanita penemu radioaktif yang akhirnya meninggal karena penemuannya sendiri.

Kisah Marie Curie  adalah dedikasi, dan penemuan ilmiah inovatif. Marie Curie, yang bernama lengkap Marie SkÅ‚odowska Curie, adalah seorang ilmuwan luar biasa dan salah satu tokoh paling berpengaruh di bidang fisika dan kimia.

Marie lahir pada tanggal 7 November 1867 di Warsawa, Polandia, dan meninggal pada tanggal 4 Juli 1934 di Perancis.

Marie Curie, yang dikenal sebagai ibu dari fisika modern, meninggal karena anemia aplastik, suatu kondisi langka yang terkait dengan paparan tingkat tinggi terhadap penemuannya sendiri yang terkenal, yaitu unsur radioaktif polonium dan radium.

Melansir dari laman Science Alert, Curie merupakan wanita pertama dan satu-satunya yang memenangkan Hadiah Nobel dalam dua bidang berbeda (fisika dan kimia), melanjutkan penelitian fisikawan Prancis Henri Becquerel, yang pada tahun 1896 yang menemukan bahwa unsur uranium dapat memancarkan sinar.

Baca Juga: Oppenheimer: Sensasi Ledakan dari Pencipta Bom Atom

Bersama suami fisikawan Prancisnya, Pierre Curie, pasangan ilmuwan brilian ini menemukan unsur radioaktif baru pada tahun 1898. Duo pasangan ini menamai unsur tersebut polonium, atau yang terdengar seperti negara Polandia, atau negara asal Marie.

Marie dan Pierre Curie. Foto: Atmoic Heritage Fund

Namun, setelah lebih dari 100 tahun, banyak barang pribadi Curie termasuk pakaian, furnitur, buku masak, dan catatan laboratoriumnya masih mengandung radioaktif, tulis penulis Bill Bryson dalam bukunya, A Short History of Nearly Everything.

Dianggap sebagai harta nasional dan ilmiah, buku catatan laboratorium Curie disimpan dalam kotak berlapis timah di Bibliotheque National Prancis di Paris.
Notebook milik Marie Curie yang berisi tentang catatan penemuannya. Foto: Wellcome Library


Sementara perpustakaan memberikan akses kepada pengunjung untuk melihat manuskrip Curie, semua tamu diharapkan untuk menandatangani pengabaian kewajiban dan mengenakan alat pelindung karena barang-barang tersebut terkontaminasi dengan radium 226, yang memiliki waktu paruh sekitar 1.600 tahun, menurut Christian Science Monitor.

Tubuhnya juga terjangkit radioaktif dan karena itu dirinya ditempatkan di peti mati yang dilapisi timah hampir satu inci.

Keluarga Curie dimakamkan di Panthéon Prancis, sebuah mausoleum di Paris yang berisi sisa-sisa warga Prancis terkemuka, seperti filsuf Rousseau dan Voltaire.

Baca Juga: Oppenheimer, Pencipta Bom Atom yang Hancurkan Hiroshima dan Nagasaki

Peninggalan Berharga

Kontribusi Marie Curie pada sains tidak hanya terbatas pada penemuannya sendiri. Dia juga memainkan peran penting dalam pengembangan mesin sinar-X selama Perang Dunia I, menggunakannya untuk mendiagnosis cedera yang dialami para tentara di medan perang. Dedikasinya pada sains dan kecintaannya pada penelitian menginspirasi banyak ilmuwan lain dan membuka jalan bagi wanita dalam sains.
Mobil Xray karya Marie yang digunakan oleh French Army. Foto: Bibliothèque nationale de France, département Estampes et photographie


Namun, penelitian terobosan Marie Curie datang dengan biaya pribadi yang tinggi. Paparannya yang lama terhadap bahan radioaktif akhirnya menyebabkan kematiannya akibat anemia aplastik, suatu kondisi yang disebabkan oleh efek berbahaya dari radiasi pengion.

Warisan Marie Curie terus hidup melalui kontribusinya pada sains, semangat kepeloporannya, dan tekadnya untuk mengejar pengetahuan terlepas dari hambatan yang dia hadapi. Dia tetap menjadi simbol pencapaian ilmiah yang abadi, panutan bagi calon ilmuwan, dan bukti kekuatan ketekunan dan semangat dalam menghadapi kesulitan.