Kalsel

Maret, FKIP ULM Gelar Pertunjukkan Sandratasik Berkarya 10 Secara Virtual

apahabar.com,BANJARMASIN – Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lambung Mangkurat (ULM) tetap menggelar pertunjukan Sandratasik…

Sutradara Sandratasik Berkarya 10,Febridha Pebrina (tengah) didampingi Ketua Pertunjukan Sandratasik Berkarya 10, Muhammd Ridhoni (kanan). Foto-apahabar.com/Rizal Khalqi

apahabar.com,BANJARMASIN – Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lambung Mangkurat (ULM) tetap menggelar pertunjukan Sandratasik Berkarya 10, Maret 2021 mendatang.

Rangkaian acara mempertunjukkan atraksi tarian, musik dan teater yang terinspirasi dari salah satu budaya bahari di daerah Barabai, Hulu Sungai Tengah (HST).

Bersama apahabar.com, panitia akan menggelar pertunjukkan itu secara virtual lantaran masih di tengah pandemi Covid-19.

Sejak diadakan 2008, ini adalah kali pertama digelar Sandratasik Berkarya lewat daring.

Ketua pelaksana Sandratasik Berkarya 10, Muhammd Ridhoni mengatakan, pertunjukan itu melibatkan dua angkatan FKIP ULM 2017 dan 2018.

Masing-masing angkatan punya andil sendiri dalam gelaran tesebut. “Kalau mahasiswa angkatan 2017 menggarap bagian drama dan tari, kalau 2018 mengarap bagian manajemennya,” kata Ridhoni yang juga mahasiswa Seni Drama Tari Musik (Sandratasik) FKIP ULM saat konfrensi pers di Aula Hasan Bondan, Selasa (16/2) siang.

Ridhoni mengatakan pertunjukam itu melibatkan 24 penari dan 18 pemusik. Harmoni mereka yang akan ditayangkan platfon Youtube dirahap menyita banyak perhatian.

Bahkan tahun ini akan lebih banyak dari penampilan-penampilan dari peserta sebelumnya.

Penampilan kali ini diceritakan terinspirasi dari ritual Batumbang. Yakni sebuah ritual masyarakat Desa Jatuh, Kecamatan Pandawan, HST.

Batumbang adalah ritual yang kerap dilakukan waraga ketika hazat atau nazar yang diinginkan tercapai.

Hal itu pula menjadi salah bentuk syukur masyarakat pada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia yang diberikan.

Dalam prosesinya, warga yang melakukan Batumbang, akan meletakkan kue jenis Apam diatas kepala. Kemudian akan di doakan oleh sesepuh kampung dengan lafal doa Islami.

Prosesi itu bisanya dilakukan di mesjid dan dilaksanakan pada bulan Syawal dan Dzullhijjah, tepatnya sepekan setelah hari raya Idulfitri dan Iduladha.

“Tapi ada juga masyarakat yang melaksanakan Batumbang di hari-hari biasa,” ujar Sutradara Sandratasik Berkarya 10, Febridha Pebrina.

Febridha mengatakan dari inspirasi itu karya kali ini berjudul ‘Pesan 2.100 detik’.

Dia mengartikan dua ribu itu adalah banyak, dan detik menunjukan waktu. Maksudnya adalah banyak hal yang ingin disampaiakan dalam garapan seni kali ini.

“Perjuangannya luar biasa, apa lagi kondisi pandemi seperti ini usaha latihanya pun tidak mudah,” kata ujarnya.

Dia berharap, dengan pertunjukan kali ini, budaya masyarakat bisa dikenal dan dilestariakan.(*)