Nasional

Mardani H Maming: BJ Habibie Teladan Kaum Milenial

apahabar.com, BANJARMASIN – Tokoh muda Kalimantan Selatan, Mardani H Maming turut berduka cita atas kepergian Presiden…

Ketua Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi), Mardani H Maming. Foto-apahabar.com/Randy Fitrawan

apahabar.com, BANJARMASIN – Tokoh muda Kalimantan Selatan, Mardani H Maming turut berduka cita atas kepergian Presiden ke-3 Indonesia Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie.

Kemarin, 11 September 2019, Presiden ke-3 Indonesia itu meninggal dunia di Jakarta pada usia 83 tahun.

BJ Habibie sempat dirawat intensif di RSPAD Garot Subroto, Jakarta Pusat sejak Minggu (8/9).

Mardani H Maming, mantan bupati Tanah Bumbu dua periode itu rupanya mengidolakan sosok BJ Habibie sejak kecil.

“Beliau adalah Presiden pertama di Indonesia yang berhasil menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia mampu mengembangkan teknologi tingkat tinggi (hi-tech), dengan keberhasilannya membangun industri pesawat terbang,” ujar Mardani, Kamis (12/09).

Karenanya sosok Habibie, menurut Ketua Umum Apkasi ini, adalah teladan kaum milenilal.

Kandidat Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) menilai sosok anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Bugis-Jawa, Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo, itu adalah sosok yang patut diteladani oleh seluruh lapisan bangsa ini. Baik dalam urusan rumah tangga maupun sebagai pemimpin bangsa.

Kisah cinta BJ Habibie dengan Ainun yang haru-biru dan keberhasilannya membina rumah tangga yang harmonis dan awet menjadi inspirasi dan teladan seluruh keluarga Indonesia.

Selain itu, ambisinya untuk mengembangkan teknologi yang tak berujung juga layak menjadi teladan, dan pantas ditiru oleh generasi muda Indonesia

Menurut Mardani, sebagai presiden, BJ Habibie juga dinilai berhasil membuka alam demokrasi Indonesia.

“Kita teringat 21 tahun lalu, pada 11 Maret 1998, kala MPR memilih dan melantik Habibie sebagai wakil presiden. Beliau mengemban jabatan itu di masa-masa paling genting menjelang Reformasi. Dua bulan kemudian, pada 21 Mei, Soeharto mengundurkan diri dan beliau menggantikannya. Itu tentu saja masa-masa sulit yang harus dilaluinya,” tambah Mardani yang dikenal sebagai pengusaha muda yang sukses.

Masa jabatannya memang tak lama. Sekira 17 bulan saja. Tapi beban yang ia tanggung sepeninggal Soeharto bukanlah perkara mudah.

Setidaknya, Mardani menilai, ada lima isu besar menghadangnya saat itu. Mulai dari soal reformasi, masa depan ABRI, menyelesaikan pergolakan di daerah yang ingin lepas dari RI, pengadilan Soeharto, dan tentu saja pengentasan Indonesia dari krisis ekonomi. Tapi, menurutnya, BJ Habibie berhasil melalui tantangan itu dengan baik.

“Boleh dibilang, beliau cukup berhasil membuka keran demokratisasi di Indonesia,” tambah Mardani.

Dalam masa kepresidenannya, kewenangan ABRI yang demikian luas di zaman Orde Baru berhasil dipangkas, terutama di bidang politik.

“Tak hanya itu, beliau pun berhasil mengatasi krisis ekonomi yang parah saat itu,” ujarnya lagi.

Yang tak bisa dilupakan dari sosok BJ Habibie adalah ambisinya untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju yang sarat dengan teknologi.

Melalui naskah bertajuk "Sophisticated Technologies: Taking Toot in Developing Countries" yang terhimpun dalam International Journal of Technology Management (1990), BJ Habibie mengkonstatasikan bahwa bangsa ini harus melakukan lompatan-lompatan besar dalam "Visi Indonesia" yang bertumpu kepada riset dan teknologi.

Habibie yang ambisius punya target Indonesia yang semula dikenal sebagai negara agraris dapat melompat langsung menjadi negara industri jika mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Maka itulah sosok Habibie selalu dikaitkan dengan frasa yang sering meluncur dari mulutnya: hi-tech.

Seperti diketahui, pada 26 April 1976 Habibie mendirikan PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio dan menjabat sebagai presiden direktur.

Habibie meneruskan kerja-kerja pengembangan tenologi pesawat terbang yang sebelumnya dirintis Nurtanio Pringgoadisurjo.

Kala itu IPTN adalah industri pesawat terbang yang pertama dan satu-satunya di Indonesia dan Asia Tenggara. Pada 11 Oktober 1985 nama "Nurtanio" diganti dengan "Nusantara".

Karya Habibie yang paling ikonik tentu saja adalah pesawat N250 yang kemudian dinamai Gatotkaca. Desain pertamanya mulai dirancang pada 1989 dengan kapasitas 50 penumpang.

Purwarupanya dibangun pada 1992 dan akhirnya mengudara pertama kali pada 1995, bertepatan dengan peringatan Kemerdekaan Indonesia ke-50.

Gatotkaca bukan pesawat sembarangan. Di masa itu, ia adalah satu-satunya pesawat turbo prob di dunia yang menggunakan teknologi fly by wire.

“Apa yang sudah dilakukan BJ Habibie itu, tak hanya untuk dikenang. Tapi mestinya menjadi motivasi kita semua untuk melanjutkan cita-citanya,” pungkas Mardani.

Baca Juga: BJ Habibie Wafat, Mensesneg Nyatakan Berkabung Nasional 3 Hari

Baca Juga: BJ Habibie Pergi, Wali Kota Banjarmasin Ikut Berduka

Baca Juga: Habibie, Si Jenius Pembuat Pesawat Itu Telah Pergi

Editor: Budi Ismanto