Marak Tren Body Count, Pakar Seks Bilang Begini

Istilah body count kerap berseliweran di media sosial. Sebutan ini merujuk pada jumlah orang yang pernah menjadi pasangan bercinta mereka.

dr Boyke. Foto-net

apahabar.com, BANJARMASIN - Istilah body count kerap berseliweran di media sosial. Sebutan ini merujuk pada jumlah orang yang pernah menjadi pasangan bercinta mereka.

Tidak sedikit netizen membahas jumlah body count secara terang-terangan, bahkan meski sudah bercinta dengan lebih dari 10 orang.

Pakar seks dr Boyke Dian Nugraha mengaku bingung lantaran faktanya bergonta-ganti pasangan memicu beragam risiko.

"Yang dibahas itu justru harusnya perasaan bangga gue nggak ngelakuin hubungan seks dengan lebih dari satu orang, nggak melakukan hubungan seks sebelum menikah. Mungkin dianggap 'lu sok suci' lah, tapi ingat saja kalian melakukan ini demi anak-anak kalian ke depan," kata dr Boyke, dilansir dari detikHealth, Rabu (1/2).

Baca Juga: Mengenal 'Body Count', Bahasa Gaul yang Viral di Medsos

Dari segi medis, dr Boyke mengingatkan kebiasaan bergonta-ganti pasangan seks memicu risiko sederet penyakit. Pertama, risiko bahaya kanker mulut rahim. Dua dari tiga wanita yang melakukan seks dengan lebih dari satu orang disebutnya berisiko.

"Risiko terkena penyakit kelamin, lagi banyak sekarang penyakit kelamin, terutama HIV-AIDS, meskipun menggunakan kondom pun karena kondom ada pori-pori kondom, jadi hanya bisa melindungi 44 sampai 76 persen saja," sentil dr Boyke.

Belum lagi jika kelupaan menggunakan kondom, atau kondom ternyata bocor sehingga terjadi kehamilan tidak diinginkan. Umumnya, mereka memilih aborsi, tentu dengan cara ilegal yakni meminum obat dan sebagainya.

"Apalagi kan aborsi tidak bisa dilakukan di tempat-tempat yang medis, sehingga kemudian menggunakan obat-obatan, risiko kematian si ibu karena tidak ditangani secara medis," beber dr Boyke.