Pemkab Barito Kuala

Marabahan Juara Festival Habsy Batola

apahabar.com, MARABAHAN – Tidak cuma penampilan, penguasaan tajwid yang sesuai kaidah mengantar Karamallah Wajhah Marabahan sebagai…

Bupati Barito Kuala, Hj Noormiliyani AS, menyerahkan trofi juara kepada Banatus Syarifah Alalak yang menjuarai kategori putri Festival Habsy Batola. Foto-Humpro Setda Batola

apahabar.com, MARABAHAN – Tidak cuma penampilan, penguasaan tajwid yang sesuai kaidah mengantar Karamallah Wajhah Marabahan sebagai juara Festival Maulid Habsy Barito Kuala, Sabtu (24/11) malam.

Digelar Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan Pariwisata (Disporabudpar) Batola, hanya tiga kelompok dari kategori putra dan putri yang tampil di final.

Perwakilan Kecamatan Alalak dan Tabunganen bersaing ketat, karena berhasil menempatkan perwakilan dalam dua kategori sekaligus.

Dari kategori putra, Minhajul Qoshidin Tabunganen berhak melaju ke final bersama Marabahan dan Al Ikhwan Alalak.

Sedangkan kontestan final kategori putri diisi Banatus Syarifah Alalak, Habibatul Husna Rantau Badauh dan An Nur Tabunganen.

Sebelumnya peserta dari semua kecamatan, minus Belawang dan Kuripan, diseleksi sejak pagi hingga sore. Mereka dinilai oleh juri-juri Abdurahman SAg, Muhammad Jabir MI dan Jam’ani

Kemudian di final kategori putra, Marabahan yang tampil terakhir berhasil mengantongi angka tertinggi dengan 381 poin dan berhak atas hadiah sebesar Rp5 juta.

Marabahan unggul 1 angka atas Alalak yang mengandalkan musikalitas. Sedangkan peringkat ketiga ditempati Tabunganen dengan 375,5 poin.

“Alhamdulillah kami berhasil menjadi juara. Persiapan intensif kami sekitar seminggu, karena beberapa anggota disibukkan dengan pekerjaan dan perkuliahan,” papar Hasanuddin SPdI, pembina Karamallah Wajhah Marabahan.

“Tetapi kami juga menggelar latihan rutin setiap malam Jumat, sembari mengerjakan beberapa amaliah,” imbuhnya.

Sementara kategori putri dimenangi Banatus Syarifah dengan 380 poin. Habibatul Husna menempati peringkat kedua dengan 370,5 poin dan An Nur yang memperoleh 367 poin.

Dalam memberikan penilaian, juri berpatokan kepada tajwid, vokal dan lagu, serta tabuhan dan penampilan. Namun dari semua indikator, tajwid memiliki bobot paling tinggi.

“Tidak jauh beda dengan MTQ, penilaian utama festival habsy adalah tajwid, vokal, lagu, tabuhan dan penampilan. Paling utama adalah tajwid, karena pujian kepada Rasulullah mesti sesuai dengan kaidah Bahasa Arab,” jelas Abdurrahman.

“Di antara tiga peserta final, terjadi kekeliruan tajwid yang berulang. Seperti kekeliruan menyebut asyraqta tanpa qalqalah. Pengendalian emosi juga mempengaruhi, sehingga asyik dengan lagu dan suara, tetapi kurang memperhatikan tajwid,” tambahnya.

Semua indikator penilaian menjadi evaluasi semua peserta, lantaran Batola berencana menggelar festival tingkat provinsi, sesuai keinginan Bupati Hj Noormiliyani AS.

“Sebenarnya saya menginginkan semua kecamatan berpartisipasi dalam festival ini, karena kami berencana membuat event yang lebih besar lagi,” ungkap Noormiliyani.

“Insya Allah digelar Festival Muharram mulai 2020. Kami menginginkan pergantian tahun Hijriah lebih ramai daripada tahun Masehi,” tegasnya.

Penampilan salah satu peserta di grand final Festival Habsy Batola, Sabtu (24/11) malam. Foto-Humpro Setda Batola

Baca Juga: Tak Cuma Juara, Sasirangan Batola Juga Berdesain Limited Edition

Reporter: Bastian AlkafEditor: Syarif