Malam Satu Suro

Malam Satu Suro, Mengapa Terkesan Mistis?

Malam satu suro adalah malam tahun baru Islam. Tapi dalam budaya Jawa kesan mistisnya sangat kuat.

Malam satu Suro atau 1 Muharram 1445 H. Foto: hitekno.com/indonesiaitis

apahabar.com, JAKARTA – Malam satu Suro adalah malam tahun baru Islam. Tapi dalam budaya Jawa kesan mistisnya sangat kuat. 

Malam satu suro jatuh pada tanggal 1 Muharram dalam kalender Hijriah, yang merupakan bulan pertama dalam tahun baru Islam. Mengutip dari laman resmi Kementerian Agama RI, bulan Suro dianggap sebagai bulan yang sakral oleh masyarakat suku jawa.

Awalnya kalender Jawa dibentuk berdasarkan gabungan dari kalender Hijriah (Islam), kalender Masehi dan kalender Saka (Hindu). Kalender jawa pertama kali diterbitkan oleh Raja Mataram Sultan Agung Hanyokrokusumo tahun 1940.

Malam satu suro dalam kalender Jawa memiliki maksud untuk memperkenalkan tanggalan Islam di masyarakat Jawa. Pada tahun 931 H atau yang dikenal dalam zaman pemerintahan kerajaan Demak, pemimpin saat itu, Sunan Giri II melakukan penyesuaian antara kalender Jawa dengan kalender Hijriah saat itu.

Baca Juga: Tahun Baru Hijriah, Hijrah Nabi dan Tonggak Besar Sejarah Islam

Saat itu, Sultan Agung ingin memperluas ajaran Islam di Jawa, maka ia memadukan kalender Hijriah dan kalender Saka lalu menjadi kalender Jawa. Penyatuan kalender tersebut akhirnya dimulai sejak Jumat Legi bulan Jumadil pada akhir tahun 1555 Saka atau 8 Juli 1633 Masehi. Satu suro menjadi hari pertama dalam kalender Jawa di bulan Suro yang bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender Hijriah.

Di sisi lain, Sultan Agung Hanyokrokusumo berniat untuk menyatukan kelompok santri dan abangan. Lalu, pada setiap Jumat legi, pemerintahan di wilayah Jawa saat itu melakukan pengajian, ziarah kubur dan haul ke makam Ngampel dan Giri.

Berawal dari hal tersebut, akhirnya 1 Muharram atau disebut sebagai 1 Suro mulai dianggap sebagai Jumat legi yang dikeramatkan. Sehingga, jika ada umat Islam yang melalukan hal lain diluar ngaji, haul, ziarah akan dianggap sial.

Dianggap Sebagai Mitos

Malam 1 Suro dianggap memiliki makna spiritual dan diyakini memiliki energi mistis. Dalam kepercayaan masyarakat Jawa, malam satu suro dihubungkan dengan berbagai macam kejadian supranatural. Beberapa orang percaya bahwa malam satu Suro adalah waktu ketika dunia manusia dan dunia gaib saling berdekatan.

Konon pada malam itu, roh-roh leluhur berkeliaran dan mengunjungi rumah-rumah masyarakat. Beberapa orang bahkan melakukan ritual khusus, seperti memberikan sesaji atau memanjatkan doa kepada leluhur mereka.

Baca Juga: Masjid Luar Batang: Jejak 2 Abad Habib Husein Sebarkan Islam



Meskipun demikian, perayaan malam satu Suro juga berbeda-beda di setiap daerah di Jawa. Di beberapa tempat, masyarakat mengadakan tradisi bersih-bersih rumah atau menyediakan hidangan khusus sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur. Beberapa juga meyakini bahwa pada malam satu Suro, tidak sebaiknya melakukan aktivitas yang berisiko atau merayakan acara pernikahan.

Perlu diingat bahwa kepercayaan bersifat mistis dan terkait dengan budaya dan tradisi tertentu. Tidak ada bukti ilmiah yang dapat membenarkan kebenaran atau keberadaan energi mistis pada malam satu Suro.

Penting untuk menjaga sikap saling menghormati terhadap berbagai kepercayaan dan tradisi yang berbeda-beda.