RUPST Mandiri

Makin Murah, Bank Mandiri Terapkan Kebijakan Stock Split 1:2

RUPST Bank Mandiri (BMRI) menyetujui pelaksanaan pemecahan saham (stock split) perseroan dengan rasio 1:2.

Karyawan melintas di samping layar elektronik yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (9/9/2022). Foto: ANTARA

apahabar.com, JAKARTA – Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Bank Mandiri (BMRI) menyetujui aksi korporasi berupa pelaksanaan pemecahan saham (stock split) perseroan dengan rasio 1:2.

Stock split merupakan aksi korporasi untuk memecah jumlah kepemilikan, sehingga harga saham menjadi semakin murah. Dalam hal ini Mandiri berencana untuk membagi kepemilikan dari satu saham menjadi dua.

Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi menjelaskan tujuan stock split demi mendorong likuiditas perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).

“Keputusan pemecahan saham ini tentunya telah melalui proses dan kajian yang mendalam untuk turut meningkatkan minat investasi,” ujar Darmawan di Jakarta, Selasa (14/3).

Baca Juga: Eks Menpora Zainudin Amali Resmi Jabat Komisaris Bank Mandiri!

Aksi korporasi itu juga bertujuan untuk meningkatkan penyebaran distribusi kepemilikan, serta penyesuaian harga saham perseroan. Diharapkan, kebijakan akan berdampak pada peningkatan jumlah investor akibat harga saham yang semakin terjangkau.

Sesuai dengan keterbukaan informasi yang telah disampaikan pada 3 Februari 2023, pelaksanaan stock split akan dilaksanakan paling lambat 30 hari setelah pelaksanaan RUPS Tahunan.

“Pada saat yang sama, juga meningkatkan inklusi keuangan di Tanah Air, sejalan dengan komitmen Bank Mandiri,” jelasnya.

Baca Juga: Klarifikasi Bank Mandiri Soal Deposit Box Rp37 Miliar Milik Rafael Alun

Dalam RUPST Bank Mandiri turut dilaporkan pencapian pertumbuhan kinerja perseroan sepanjang 2022. Bank Mandiri membukukan laba bersih secara konsolidasi sebesar Rp41,2 triliun pada tahun 2022. Jumlah tersebut naik 46,9 persen secara year-on-year (yoy).

Lalu terkait penyaluran kredit tercatat tumbuh positif sebesar 14,48 persen secara tahunan menjadi Rp1.202,2 triliun. Penyaluran kredit perseroan untuk korporasi mencapai Rp414,1 triliun pada akhir 2022, tumbuh 11,8 persen dari periode tahun sebelumnya Rp370,2 triliun.