Kalsel

Mahasiswa UIN Antasari Kecam Tindakan Represif Kepolisian di #SaveKPK Banjarmasin

apahabar.com, BANJARMASIN – Puluhan mahasiswa UIN Antasari Banjarmasin menggelar aksi solidaritas di pinggiran trotoar depan kampus…

Oleh Syarif
Puluhan mahasiswa UIN Antasari Banjarmasin menggelar aksi solidaritas di pinggiran trotoar depan kampus UIN Antasari. Foto-Istimewa

apahabar.com, BANJARMASIN – Puluhan mahasiswa UIN Antasari Banjarmasin menggelar aksi solidaritas di pinggiran trotoar depan kampus UIN Antasari, Sabtu, (26/06).

Aksi tersebut sebagai bentuk solidaritas terhadap mahasiswa Kalimantan Selatan (Kalsel) yang mengalami tindakan represif oknum aparat keamanan kepolisian pada aksi #SaveKPK Jilid II Kamis (24/6).

Mengenakan baju hitam-hitam sembari memegang selebaran bergambar mahasiswa korban tindakan represif, para mahasiswa menggelar mimbar bebas.

Mereka mengecam dan mengutuk tindakan represif aparat keamanan terhadap mahasiswa. Selain itu, mereka juga menginginkan agar oknum aparat yang bertindak represif ditindak tegas.

“Lagi-lagi tindakan represif aparat terjadi terhadap mahasiswa. Padahal di tahun-tahun sebelumnya sudah pernah terjadi dan sudah dikecam, tapi kenapa masih saja terulang? Tentu catatan buruk ini sangat disayangkan, dan harus segera diperbaiki di internal kepolisian Kalsel,” ujar Arbani, Wapresma UIN Antasari Banjarmasin.

Dia menegaskan, mestinya polisi memberikan pengayoman dan perlindungan hingga memberikan rasa aman terhadap mahasiswa. Bukan malah bertindak represif. “Karena polisi bukan preman yang dibayar untuk memukuli rakyat,” tegasnya.

Di sisi lain, dia menyayangkan Ketua DPRD Provinsi Kalsel Supian HK yang tak kunjung menemui massa aksi #SaveKPK Jilid II. Hal ini lah yang menyulut amarah massa aksi yang sudah terlalu lama menunggu. Hingga akhirnya mereka mencoba untuk langsung masuk ke Kantor DPRD.

Namun sayang, massa aksi dihadang barikade aparat kepolisian yang mengamankan jalannya aksi, hingga terjadi bentrok. “Ketua DPRD ini menjadi penyebab bentrok. Andai kata dia kooperatif dengan keinginan kami, tidak mungkin kami berusaha masuk langsung,” sesalnya.

Arbani juga menyesalkan, aparat yang menghalangi massa aksi yang ingin masuk. Padahal menurutnya, andai tidak dihalangi-halangi tidak mungkin terjadi bentrok.

“Akhirnya kan, ada oknum polisi yang bertindak represif dan ada mahasiswa yang jadi korban, bahkan polisi juga kena pukul temennya sendiri. Inilah yang sangat kita sesalkan,” ucapnya.