Wisata Edukasi

Lestarikan Wayang Suket, Budayawan Borobudur Ajarkan Anak-anak Membuatnya

Wayang menjadi sarana edukasi budaya yang cocok untuk anak-anak. Seniman Borobudur ajarkan anak-anak membuatnya.

Workshop wayang suket Borobudur (Apahabar.com/Arimbihp)

apahabar.com, MAGELANG - Wayang menjadi sarana edukasi budaya yang cocok untuk anak-anak. Hal itu yang memantik sejumlah budayawan dan pegiat seni di Borobudur untuk menggelar workshop pembuatan wayang suket atau wayang dari rumput.

Menurut cerita tutur masyarakat Borobudur, wayang suket pada mulanya dibuat untuk mengisi waktu luang bagi anak-anak dari para petani yang sedang menunggu orang tua mereka yang sedang bekerja di sawah.

Wayang berbahan dasar rumput itu dibuat dengan cara dianyam dan dipilin hingga menyerupai wayang kulit. Namun, seiring berkembangnya jaman, wayang suket keberadaannya kini mulai sulit ditemui di masyarakat.

"Wayang suket pembuatannya lebih mudah dari wayang kulit, bahannya gratis juga banyak ditemukan di daerah sekitar, jadi cocok untuk anak-anak," kata budayawan Borobudur, Bagyo, Jumat (8/12).

Selain itu, Bagyo menilai, wayang suket juga menjadi cara untuk mengalihkan perhatian anak masa kini yang seringkali terlalu banyak bermain gadget.

"Gadget atau gawai yang seharusnya memudahkan banyak lini, justru merusak generasi muda jika penggunaannya berlebihan atau bahkan membuat kecanduan," bebernya.

Upaya Kembalikan Anak-anak Sesuai Masa Pertumbuhannya

Saat berlatih membuat wayang, anak-anak juga dilatih untuk srawung atau bergaul dengan teman-teman seusianya, sehingga tahu dan paham cara bersosialisasi.

"Bahasa yang digunakan juga Bahasa Jawa, jadi wayang suket ini cara untuk mengembalikan anak-anak, agar tumbuh sesuai masanya," kata Bagyo.

Cerita yang dimainkan juga tak terlalu rumit, yakni bersumber dari dongeng atau fabel setempat seperti Kancil Nyolong Timun, Ande-Ande Lumut dan cerita serupa lainnya.

"Beberapa juga kami sampaikan legenda Candi Borobudur, Candi Pawon, dalam versi sederhana sehingga lebih mudah ditangkap," tuturnya.

Seorang peserta workshop, Desta (10) mengaku senang dengan pembuatan wayang suket yang baru pertama ia lakukan.

Sebab, meski sejak kecil lahir dan dibesarkan  di kawasan Borobudur, ia tak banyak bermain atau mengenal wayang.

"Biasanya sekolah, kalau main ya cuma sama teman-teman dekat rumah, PS an, ternyata membuat wayang suket itu asyik dan seru," pungkasnya.