Kalsel

Lestarikan Adat Budaya, Putri Sultan Banjar Rangkul Kaum Milenial

apahabar.com, PARINGIN – Guna mengenalkan budaya Banjar, YM Putri Dhia Karima mengunjungi kaum muda di Bumi…

YM Putri Dhia Karima, putri Sultan Banjar Khairul Saleh berkunjung dan bersilaturahmi dengan pewadahan Nanang Galuh Balangan, Sabtu (09/11). apahabar.com/Agus Suhadi

apahabar.com, PARINGIN – Guna mengenalkan budaya Banjar, YM Putri Dhia Karima mengunjungi kaum muda di Bumi Sanggam, sebutan Kabupaten Balangan.

Putri bungsu Sultan Banjar Khairul Saleh ini berkunjung dan bersilaturahmi dengan pewadahan Nanang Galuh, Sabtu (09/11).

Kunjungan salah satu simbol Kesultanan Banjar itu tak terlepas dari upaya Kesultanan Banjar yang baru dihidupkan kembali pada 2010 lalu untuk mengenalkan keberadaan kesultanan secara luas.

Putri mengatakan kedatangan dirinya bersama rombongan ke Balangan juga bagian silaturahmi serta melakukan diskusi dengan kaum muda. "Kenapa kita memilih para Nanang- Galuh ini sebagai kawan berdiskusi, karena selain sebagai duta wisata mereka inikan juga merupakan agen kebudayaan daerah," tuturnya.

Kesultanan Banjar, kata dia, mempunyai tujuan besar melestarikan tradisi dan budaya Banjar. Tugas dan kewajiban melestarikan tradisi dan budaya Banjar inilah, menurut pemilik senyum manis ini, harus dilakukan oleh semua pihak dan secara bersama-sama, termasuk milenial.

"Kita yakin keterlibatan kaum milenial ini menjadi titik cerah dalam sejarah pewarisan budaya Banjar secara umum dan eksistensi keberadaan Kesultanan Banjar ini sendiri," bebernya.

Ke depan, kesultanan secara umum, dan dirinya sebagai putri kesultanan akan terus berusaha menjalin kerja sama dalam usaha melestarikan kebudayaan Banjar dan eksistensi kesultanan.

"Ulun (saya) sebagai bagian dari kaum milenial juga akan terus berkomitmen untuk melibatkan generasi muda dalam pergulatan budaya dan tradisi. Agar ke depan sebagai generasi penerus berpendidikan, modern, maju tapi tetap sopan dan santun dalam tradisi dan budaya,” tungkasnya.

Sekadar diketahui, Kesultanan Banjar berdiri pada 1520, lalu dihapuskan sepihak oleh Belanda pada 11 Juni 1860 masa kolonial. Namun, rakyat Banjar disebut tetap mengakui adanya pemerintahan darurat atau pelarian yang baru berakhir pada 24 Januari 1905 dengan berakhirnya Perang Banjar.

Sejak 24 Juli 2010, Kesultanan Banjar hidup kembali dengan dilantiknya Sultan Khairul Saleh sebagai Sultan Raja Muda Kesultanan Banjar. Berkat usaha gigih Sultan Khairul Saleh Al Mu’tashim Billah beserta seluruh kerabat kesultanan di seluruh Indonesia, khususnya yang ada di Banua, Kesultanan Banjar telah diakui keberadaannya oleh negara. Tidak hanya pengakuan lisan dan formil administratif, tapi juga pengakuan peran pentingnya dalam struktur kebangsaan.

Baca Juga:Momen Maulid Nabi Muhammad SAW, Cuncung Imbau Generasi Muda Cerdas Bermedia Sosial

Baca Juga:Hujan Disertai Angin Puting Beliung Landa Dua Desa di Balangan

Reporter: Agus Suhadi
Editor: Fariz Fadhillah