News

Lebih Dekat dengan Perusahaan Otobus ALS, Sang Raja Jalanan Sumatra

apahabar.com, JAKARTA – Perusahaan Otobus (PO) di Indonesia kebanyakan dimiliki oleh perorangan atau juga bisnis keluarga….

PO Antar Lintas Sumatra atau dikenal dengan sebutan ALS dimiliki oleh kumpulan banyak orang yang berbeda kekeluargaan alias bukan keluarga. (Foto: dok. ALS)

apahabar.com, JAKARTA – Perusahaan Otobus (PO) di Indonesia kebanyakan dimiliki oleh perorangan atau juga bisnis keluarga. Tapi, beda dengan PO Antar Lintas Sumatra atau dikenal dengan sebutan ALS, justru dimiliki oleh kumpulan banyak orang yang berbeda kekeluargaan alias bukan keluarga. Yang uniknya, setiap PO memiliki bus masing-masing dengan kode tertentu pada armadanya.

PO legendaris asal Medan, Sumatra Utara ini, awalnya berdiri di Kotanopan, Maindailing Natal pada September 1966 silam. Sejarahnya, PO yang dikenal ‘Rajanya Sumatra’ ini didirikan oleh orangtuanya Sati Lubis bersama teman-temannya yang berjumlah 7 orang.

“Awalnya dari 7 orang. Sati Lubis, Nursewan, Jasanti, Jagu Lembang, Muhammad Arif Lubis, Hanafiah dan satu lagi masih tentatif, tetapi bertujuh,” ujar Chandra Lubis, Direktur Utama PT ALS.

Sepak terjang ALS dimulai dengan membuka trayek dari Muara Sipongi atau Kotanopan menuju ke Medan. Seiring berjalannya waktu, PO ini mulai berkembang dan membuka trayek Medan – Bukittinggi.

Kemudian di 1972, ALS kembali membuka banyak trayek baru ke berbagai kota di Sumatra. Mulai dari Banda Aceh, Padang, Pekan Baru, Jambi, Bengkulu, Palembang hingga Bandar Lampung.

Berselang 8 tahun, tepatnya pada 1980, setelah kendaraan bisa menyeberang ke Pulau Jawa dengan kapal ferry Ro-Ro, di sini lah perusahaan kejayaan dimulai. ALS mengawali membuka trayek dari Medan menuju beberapa wilayah seperti ke Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya.

Kemudian menyusul trayek ke kota Malang dan Jember. ALS pun seolah belum puas diri dengan trayek yang ada. PO ini memperpanjang lagi jangkauannya hingga ke Pulau Bali. Membuatnya dijuluki rajanya trayek jauh saat itu. Maklum, jarak tempuhnya lebih dari 3.000 km.

PO ALS sendiri terkenal dengan semua armadanya yang setia menggunakan Mercedes-Benz. Hanya di saat-saat awal sejarah berdirinya, mereka menggunakan mesin asal Amerika seperti GMC, Chevrolet dan Dodge.

Menariknya, bus Sumatra yang setia mempertahankan warna hijau pada livery-nya ini semua armadanya adalah titipan. Tidak ada pemilik tunggal dari seluruh armada ALS ini. Semua milik beberapa keluarga besar.

Cara Mengetahui Kepemilikan

Bagaimana mengetahui kepemilikannya? dikutip dari imotorium.com, kepemilikan bisa dicirikan dari nomor body bus tersebut. Semisal dari nomor 26x jika x (akhiran) nomor adalah angka 1, maka bus milik Ketua dari PT ALS tersebut.

Selanjutnya, jika nomor ujungnya 2 diketahui milik keluarga H. Kolol. Nomor ujung 5 milik keluarga Japarkayo. Nomor ujung 7 milik keluarga Raja Ali Lubis. Nomor ujung 8 punya keluarga Abdul Wahab Lubis. Dan masih banyak nomor lain dari keluarga yang berbeda.

Seiring banyak PO lain yang mulai merambat trayek ke Barat Indonesia itu, ALS sudah tidak membuka lagi trayek ke Banda Aceh, dikarenakan ekspansi PO asal Aceh yang kuat sekali dalam mengadakan armada baru.

Seolah sudah menjadi sebuah tradisi, ALS pun berusaha mengikuti tren zaman sekarang dengan me-regenerasi armadanya. Walalupun beberapa masih beroperasi seperti Mercedes-Benz 1518, 1521 dan 1525, mereka tetap berani dan menjamin akan selalu sampai tujuan.

Kini bus sasis Mercedes-benz 1525 dan 1836 hanya melayani trayek seperti Medan-Padang, Medan-Pekanbaru, dan Medan-Palembang. Namun tidak menghilangkan ciri khasnya dengan tetap menjadikan trayek Medan-Jember sebagai trayek terjauh mereka yang dimiliki saat ini.

Kini, karena permintaan pasar, PO yang dikenal sebagai bus dengan banyak barang bawaan itu akhirnya menetapkan kantor pusat di Kota Medaan hingga sekarang. Bus PO ALS saat ini tetap eksis melayani penumpang ke berbagai pelosok nusantara. Tentunya dengan mengikuti perkembangan zaman.

(Awan)