Larangan Ekspor Komoditas Mineral, Menteri ESDM: Indonesia Jadi Panutan

Menteri ESDM Arifin Tasrif menyebut jika langkah Indonesia untuk mendorong hilirisasi tambang adalah langkah yang tepat.

Ilustrasi kegiatan ekspor. (Foto: pusbang.bpbatam.go.id)

apahabar.com, JAKARTA - Menteri ESDM Arifin Tasrif menyebut kebijakan Indonesia mendorong hadirnya hilirisasi komoditas di sektor tambang sebagai langkah yang tepat. Pasalnya dengan begitu, nilai tambah dari produk bahan mentah akan tercipta.

Menteri Arifin mencontohkan Filipina yang mulai gencar membatasi ekspor tambang mentah mereka. Ternyata Filipina sudah meniru pola yang dilakukan Indonesia.

"Filipina sekarang sudah meniru Indonesia bagaimana Filipina juga akan membatasi ekspor-ekspor dari barang-barangnya untuk diolah menjadi barang jadi," ujar menteri Arifin di Sarasehan Sinkronisasi Tata Kelola Pertambangan Mineral Utama Perspektif Hukum, Selasa (21/3).

Seperti diketahui, Filipina juga  memiliki potensi nikel dan tembaga yang cukup banyak. Walaupun jika dibandingkan, secara jumlah masih dibawah Indonesia.

Baca Juga: Masih Tergantung Energi Fosil, Begini ESDM Genjot Transisi Energi

"Kalau di sekitar ASEAN yang agak sedikit mirip-mirip kita, Filipina yang juga punya nikel, punya juga copper. Karena alurnya pertambangan daerah itu punya mineral semua antara lain copper dan nikel tapi jumlahnya tidak banyak," jelasnya.

Arifin juga mengungkapkan pentingnya mendorong hilirisasi komoditas mineral. Sebab, selain mendatangkan untung yang berkali lipat, hal itu sebagai langkah antisipasi ketika SDA sudah tidak lagi berlimpah.

"Memang kita punya SDA yang berlimpah, tetapi kalau tidak kita kelola dengan baik, suatu saat ini akan habis kalau tidak dimanfaatkan. Kita mendorong produk hilirisasinya, kita akan menjadi importir produk-produk bahan jadi," terang Menteri Arifin.

Baca Juga: Dukung Hilirisasi, Bahlil: Kita Kolaborasi dengan Banyak Negara

Menurutnya, masih banyak industri turunan tambang yang perlu untuk dikembangkan. Oleh sebab itu, salah satunya, dibutuhkan iklim investasi yang mendukung.

"Timah juga demikian, masih banyak industri-industri turunan yang harus dikembangkan. Untuk itu dibutuhkan iklim investasi yang menarik," tutupnya.