Gempa Turki

Laporan Mahasiswa Indonesia: Korban Gempa Menggigil di Balik Reruntuhan

Sepersekian waktu, ragam video amatir menyebar di grup WhatsApp dan linimasa. Nyaris serempak menunjukkan bangunan yang rusak, ambruk, dan jalanan terbelah.

Korban gempa Turki yang tertimbun reruntuhan. Foto: AP/Ismsail Coskun.

apahabar.com, JAKARTA - 24 jam berlalu. Kecamuk masih bertengger di benak kami usai guncangan dahsyat merontokkan banyak gedung. Televisi menayangkan wajah Wakil Presiden Turki, Fuat Oktay yang merilis jumlah korban tewas yang angkanya terus bertambah.

Guncangan yang terjadi pada Senin (6/2) subuh saat banyak orang masih lelap di peraduan. Sepersekian waktu, ragam video amatir menyebar di grup WhatsApp dan linimasa. Seluruhnya nyaris serempak menunjukkan bangunan yang rusak, ambruk, dan jalanan yang retak terbelah.

Kiriman lain menunjukkan kepanikan orang yang berlarian ke jalanan sambil histeris. Korban bergelimpangan, dan paling banyak adalah mereka yang tertimbun reruntuhan.

Ribuan Bantuan Mengulurkan Tangan

Presiden Turki RT Erdogan mengumumkan Hari Berkabung Nasional akibat gempa bumi. Ia meminta masyarakat dan kantor perwakilan negara asing mengibarkan bendera setengah tiang hingga Minggu, 12 Februai 2023.

Warga dan tim penyelamat dari AFAD mencari korban gempa yang tertimpa bangunan di Diyarbakir. Foto: Sertac Kayar/Reuters.

Pemerintah bergerak cepat melalui badan darurat Turkiye, AFAD. Sejak kemarin, 13.000 tim penyelamat dikirim ke lokasi terdampak gempa. AFAD juga merilis telah mengirim 2600 personil penyelamat yang datang dari 65 negara membantu penyelamatan korban gempa.

Negara-negara Uni Eropa dan Rusia juga mengirim bantuan untuk penyelamatan korban gempa. Tak hanya itu, bantuan juga datang dari Asia seperti Jepang, Malaysia, Uzbekistan, dan Taiwan.

Menahan Gigil di Balik Reruntuhan

Saat ini, Turki menghadapi musim dingin yang ekstrem. Salju, angin, dan hujan membuat udara semakin tak bersahabat. Para korban gempa yang berada di bawah reruntuhan juga mendapat ancaman baru, kedinginan.

Begitu juga dengan para penyelamat, mereka sulit mengevakuasi korban karena cuaca demikian. Mereka pun berlomba dengan waktu untuk menyelamatkan korban yang mengigil di balik reruntuhan.

Korban gempa di Turki merasakan kedinginan akibat cuaca ekstrem. Foto: Net.

Beberapa foto menunjukkan para korban semalam berkumpul di sekitar api unggun untuk menghangatkan badan. Kabarnya para penyintas belum berani kembali dan tinggal di dalam rumah karena sering terjadi gempa susulan.

Meski demikian, pemerintah Turki telah menyiapkan 54 ribu tenda untuk para penyintas di lokasi gempa.

Saya mencoba menghubungi teman-teman Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Kahramanmaras lewat bantuan ketua PPI Istanbul tetapi belum ada jawaban.

Di grup WhatsApp ,foto-foto mereka menunjukkan sedang berkumpul di dalam aula kampus. Mereka sudah tak berani kembali ke apartemen karena trauma.

Sejumlah mahasiswa Indonesia di Kahramanmaras mengungsi di tempat penampungan yang berada di sekitar kampus setelah gempa bumi berkekuatan M 7,8 mengguncang Turki, Senin (6/2). Foto: Net.

Semalam mereka menyalakan api unggun agar tetap hangat karena cuaca sangat dingin, dan salju yang lagi turun.

Rencananya mereka akan dievakuasi oleh KBRI. Kabar terbarunya, tak ada korban jiwa dari mahasiswa Indonesia di Kahramanmaras. Hanya satu orang yang luka karena terkena reruntuhan.

Pelajar-pelajar Indonesia di Turki juga sementara berusaha menggalang donasi untuk disalurkan ke korban di lokasi gempa. Kondisi medan yang sulit, sedang turun salju sehingga KBRI sarankan agar LSM dari Indonesia berkordinasi dengan pemerintah Indonesia, Kemenlu RI atau Palang Merah Indonesia.

---Sebuah laporan pandangan mata dari Mahasiswa Indonesia di Istambul Ticaret University.

Ismawan Amir

Ismawan Amir, mahasiswa asal Indonesia yang tengah menempuh pendidikan di Istanbul Ticaret University. Foto: Ismawan untuk apahabar.com.