Kalsel

Lapak Sudah Dibongkar, Belum Semua Eks PKL Handil Bakti Masuk Pasar

apahabar.com, MARABAHAN – Sekalipun lapak sudah dibongkar, masih banyak eks PKL Handil Bakti yang belum menempati…

Mujiono mengawali hari pertama berjualan di Pasar Induk Handil Bakti, setelah 11 tahun menempati jalur hijau Jalan Trans Kalimantan. Foto: apahabar.com/Bastian Alkaf

apahabar.com, MARABAHAN – Sekalipun lapak sudah dibongkar, masih banyak eks PKL Handil Bakti yang belum menempati los di Pasar Induk Handil Bakti.

Seluruh lapak PKL di jalur hijau sudah rampung dibongkar, Senin (19/10). Sesuai dengan perencanaan, 158 pedagang itu direlokasi ke Pasar Induk Handil Bakti.

Selain 160 los untuk berjualan, disediakan musala dan 4 toilet. Namun baru sebuah toilet yang sudah dapat digunakan, mengingat 3 toilet lain masih terkunci.

Sementara listrik sudah mengaliri mayoritas blok, lengkap dengan stop kontak di beberapa tiang. Hanya bola lampu yang tidak disediakan.

Lantas sehari setelah pembersihan di jalur hijau, Selasa (20/10), pedagang yang menggelar dagangan dalam los masih bisa dihitung dengan jari.

Berdasarkan pantauan apahabar com sepanjang siang, hanya terlihat masing-masing seorang pedagang nasi pecel, sandal dan sepatu, serta kacamata yang sudah berjualan.

“Sebenarnya saya masih ragu-ragu. Namun kalau belum dicoba, tentu saya tidak bisa mengukur ramai atau sepi berjualan di dalam pasar,” papar Mujiono, pedagang nasi pecel.

Keraguan Mujiono bukan tanpa alasan. Selama sekitar 11 tahun berjualan di pinggir Jalan Trans Kalimantan, penghasilan rata-rata per hari mencapai Rp800 ribu.

Penghasilan itu diperoleh Mujiono yang buka sejak pukul 11.00 hingga 17.00 setiap hari, “Sebelum pindah ke pinggir jalan, saya berjualan gorengan di dalam kompleks,” bebernya.

Sementara Edo sudah merasakan imbas kepindahan ke los Pasar Induk Handil Bakti. Sudah berjualan sejak, Minggu (18/10), keuntungan yang diperoleh bak bumi dengan langit.

“Hari pertama buka, kami dapat Rp30. Sehari kemudian meningkat menjadi Rp80 ribu. Mudahan nanti bisa meningkat terus,” jelas pedagang kacamata ini.

“Sementara kalau di pinggir jalan, penjualan per hari mencapai antara Rp500 ribu hingga Rp800 ribu,” sambung Edo yang sudah 8 tahun berjualan di jalur hijau Handil Bakti ini.

Di sisi berbeda, mereka belum mengetahui penyebab pedagang-pedagang lain belum menempati los yang sudah disediakan Pemkab Barito Kuala.

Namun dari informasi yang beredar, beberapa pedagang sedang mempertimbangkan lokasi alternatif, selain di los Pasar Handil Bakti.

Mereka juga masih berharap mendapatkan jatah dua los. Dengan ukuran sebuah los yang cuma 2 x 3 meter, tidak memungkinkan menampung semua barang dagangan.

“Tambahan satu los lagi untuk pedagang tampaknya sulit terealisasi,” sahut Surono, Kabid Perdagangan Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Batola.

“Penyebabnya terdapat tambahan pedagang yang belum terdata sebelumnya. Kalau sebelumnya 132 pedagang, bertambah menjadi 158 pedagang pasca pendataan ulang,” pungkasnya.