Peluang Investasi

Lagi Tren Dedolarisasi, Ini 3 Daftar Instrumen Investasi Berbau Cuan

Sejumlah negara saat ini berbondong-bondong mulai melakukan dedolarisasi. Dedolarisasi sendiri merupakan kebijakan untuk mengurangi penggunaan mata uang Dolar

Ilustrasi - Uang dolar AS. ANTARA/REUTERS/Dado Ruvic/aa.

apahabar.com, JAKARTA – Sejumlah negara saat ini berbondong-bondong mulai melakukan dedolarisasi. Dedolarisasi sendiri merupakan kebijakan untuk mengurangi penggunaan mata uang Dolar dalam kegiatan perdagangan antar negara.

Terbaru, pemerintah Indonesia membentuk ASEAN+3 untuk menjalin kerjasama ekonomi guna mendorong kebijakan untuk mengurangi penggunaan mata uang Dolar.

Direktur Eksekutif Centre of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal mengungkapkan bahwa rencana tersebut sangat bagus untuk memperkuat stabilitas ekonomi dalam negeri.

Baca Juga: WALHI Tuntut ADB Stop Investasi Industri Gas dan LNG di Asia

“Menjadi hal bagus untuk mengurangi kerentanan dan memperkuat resiliensi perekonomian atas mata uang lokal secara lebih spesifik,” ujarnya kepada apahabar.com, Kamis (4/5).

Di sisi lain dedolarisasi juga memperkuat sejumlah instrumen investasi yang dapat dimanfaatkan oleh investor untuk mencari cuan.

Emas

Perubahan harga emas biasa bisa disebabkan oleh sejumlah faktor. Tapi, pada periode tertentu perubahan harga emas memiliki pergerakan yang bersifat berseberangan dengan mata uang Dolar.

Misalkan jika mata uang Dolar terhadap Rupiah tercatat tengah mengalami penguatan, maka bagi harga emas justru akan mengalami penurunan.

Baca Juga: Perkirakan Investasi di 2023, Ekonom Bank Mandiri: Tumbuh 6 Persen

Hal itu bisa dimanfaatkan oleh investor untuk melakukan pembelian terhadap emas. Ketika pembelian emas global meningkat maka akan terjadi penguatan pada harga komoditas tersebut.

Penguatan tentu akan terjadi tidak hanya pada indeks emas global, tapi juga pada harga yang dijual di dalam negeri oleh produsen seperti Antam, pegadaian dan oleh perusahaan lainnya.

Reksadana dan ETF

Dedolarisasi akan mendorong terjadinya pelemahan Dolar yang berimbas pada penguatan terhadap sejumlah mata uang lokal negara. Hal itu akan memicu perilaku investor asing untuk menyalurkan dananya kepada pasar modal di negara berkembang.

Hal itu akan meningkatkan capital inflow pada negara tersebut dan membuat sejumlah indeks menjadi bergerak positif. Investor asing biasanya akan menaruh sejumlah dana pada Exchange Traded Fund (ETF).

Baca Juga: Rasio Investasi dan Serapan Tenaga Kerja, Bahlil: Tidak Seimbang

ETF tersenut berisikan koleksi sejumlah emiten yang telah diseleksi oleh manajemen investasi. Misal seperti ETF MSCI Indonesia yang dikelola oleh Morgan Stanley berisikan sejumlah emiten dalam negeri yang dinilai memiliki fundamental dan likuidasi yang bagus.

Selain ETF, sejumlah reksadana diketahui juga menggunakan indeks tersebut. Hal itu bisa dimanfaatkan investor dengan profil agresif untuk mencari cuan di tengah dedolarisasi.

Saham

Ketika aliran dana asing masuk ke dalam indeks seperti MSCI atau FTSE, maka hal itu akan mendorong emitan yang tergabung di dalamnya untuk bergerak naik.

Selain terjadi peningkatan oleh dana asing, dedolarisasi juga akan menguntungkan bagi sejumlah emiten yang memiliki utang dalam mata uang Dolar.

Baca Juga: Bahlil: Realisasi Investasi Tembus Rp328,9 Triliun Didominasi di Jawa

Hal itu terjadi karena adanya terjadi penurunan antar selisih nilai kurs lantaran harga Dolar terhadap Rupiah mengalami penurunan.

Di sisi lain, pada emiten yang sering melakukan impor pada bahan baku dari luar negeri akan diuntungkan dari penurunan beban pembiayaan.

Ketika harga Dolar mengalami penurunan maka sejumlah komoditas akan semakin murah, hal itu akan sangat menguntungkan bagi emiten yang kerap melakukan impor bahan baku.