Nasional

Lagi, Lubang Bekas Galian Tambang Makan Korban di Samarinda

RNA merupakan korban ke-33 sejak 2011 apahabar.com, SAMARINDA – Hati masyarakat Kaltim kembali terenyuh. Lubang bekas…

Ilustrasi lubang diduga bekas galian tambang. Istimewa

RNA merupakan korban ke-33 sejak 2011

apahabar.com, SAMARINDA – Hati masyarakat Kaltim kembali terenyuh. Lubang bekas galian tambang di Samarinda kembali memakan korban jiwa.

Adalah RNA, seorang pelajar SMP. Bocah 14 tahun itu ditemukan tak bernyawa. Tepatnya, di sebuah kolam bekas galian tambang. Di area konsesi PT MUTU, Desa Bunga Jadi, Muara Kaman, Kutai Kartanegara, Minggu 21 April 2019 sekitar pukul 18.00.

“Pemilu Serentak 2019 telah berlalu. Nyawa anak manusia kembali berjatuhan. Belum ada solusi untuk mengakhiri ini,” jelas Dinamisator Jaringan Advokasi (Jatam) Kaltim Pradarma Rupang kepada apahabar.com, Jumat (26/4) malam.

Dari catatan Jatam, RNA adalah korban ke-33. Di Benua Etam, sudah ada 32 anak di bawah umur meregang nyawa di lubang bekas galian tambang.

Samarinda 19 korban, Kutai Kartanegara 12 korban, dan Penajam Paser Utara, hingga Kutai Barat. masing-masing 1 korban.

Bekas galian tambang di Kaltim diperkirakan mencapai ratusan lubang. Mayoritas, kata Rupang, belum ditutup atau direklamasi.

Sebelum RNA, ada nama NHA. Bocah 10 tahun itu tewas tenggelam di danau di Jalan Harun Nafsi, Loa Janan Ilir, Selasa 20 November 2018.

Siswi kelas V sekolah dasar itu ditemukan tewas usai bermain air, serta berfoto ria bersama lima orang teman-temannya.

Jatam menduga kuat danau tersebut bekas lubang tambang. “Ilegal mining,” jelas Rupang.

RNA adalah anak kedua dari pasangan Wiyono dan Sri Rahayu. Ditemukan tewas, setelah sebelumnya bersama dengan empat temannya bermain di sekitar lubang tambang.

Baca Juga: Gambar Dua Gorila DRC Ikut Selfie Viral di Media Sosial

Rumah duka korban RNA di RT 10 Desa Bunga Jadi, Muara Kaman, Kabupaten Kutai Kartanegara. Foto-istimewa

Kejadian nahas ini, praktis menambah daftar panjang korban tewas di lubang bekas galian tambang di Kaltim menjadi 33 orang sejak 2011 lalu.

“Hingga saat ini belum ada belum ada pihak perusahaan yang menyatakan bertanggung jawab atas kejadian ini,” jelas dia.

Berdasarkan penelusuran Jatam Kaltim, lokasi tenggelamnya RNA diduga berada di konsesi tambang milik PT MUTU.

Perusahaan ini, kata Rupang, memegang dua konsesi tambang dari Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara. Luasannya masing-masing 616, 00 hektare (Ha) dan 1.059, 00 Ha.

Letak lubang tambang, tempat di mana korban tenggelam pun hanya berjarak sekitar 57 meter dari jalan umum.

Menurut keterangan dari ketua RT 10, Desa Bunga Jadi, lubang tambang tempat korban tenggelam sudah hampir dua hingga tiga tahun ditinggalkan perusahaan. Tanpa rehabilitasi.

Menurut Jatam, tewas-tenggelamnya RNA juga tak terlepas dari sikap pemerintah. Baik daerah maupun pusat. Yang tidak bertanggungjawab, serta membiarkan lubang-lubang menganga tanpa rehabilitasi dan penegakan hukum.

“Padahal, ribuan lubang tambang ini bak bom waktu yang, kapan saja bisa menimpa siapa pun, apalagi jarak dengan pemukiman warga dan fasilitas publik seperti sekolah sangat dekat,” jelas Rupang.

Bahkan sejak pergantian tongkat kepemimpinan. Dari Isran Noor dan Hadi Mulyadi menjabat gubernur dan wakil gubernur Kaltim menggantikan Awang Faroek Ishak-Mukmin Faisyal.

Di era Isran, tercatat sudah empat orang yang tewas di lubang tambang. “Keduanya masa bodoh, enggan mengoreksi kebijakan kepala daerah terdahulu, bahkan kerap kali melontarkan pernyataan kontroversi, menjadikan hantu dan orang tua korban sebagai pihak yang salah,” jelas Rupang.

Menurut Jatam, sikap masa bodoh Isran tak terlepas dari rekam jejaknya selama menjabat bupati Kutai Timur. “Di mana Isran mengobral 161 IUP Minerba,” jelas dia.

Pihak Polda Kaltim, kata dia, mesti mengusut tuntas kasus-kasus lobang bekas galian tambang yang terus menerus memakan tumbal.

“Kasus tewasnya 32 orang, sebelum kejadian yang menimpa RNA, mangkrak. Tak ada penegakan hukum yang tegas, terus dibiarkan,” ujar Rupang lagi.

Pun begitu dengan pemerintah pusat. Pakta Integritas yang diinisiasi Kantor Staf Presiden (KSP)yang melibatkan beberapa stakeholder terkait, termasuk ditandatangani 125 Kepala Teknik Tambang dinilai mandul.

“Hanya menjadi sumpah pramuka yang tidak dibarengi oleh sanksi tegas terhadap perusahaan yang melakukan tindakan kejahatan. Justru, pasca pakta integritas itu dibuat, korban terus berjatuhan,” jelas dia.

Baca Juga: Keanggotaan BPJS Kesehatan Diusulkan Jadi Syarat Pelunasan Biaya Haji

Empat kali Presiden Jokowi ke Kalimantan Timur pun, tak berdampak pada terselesaikannya kasus lubang tambang ini.

Presiden Jokowi, sebut dia, malah menyerahkan persoalan itu ke Gubernur Isran Noor. Bahkan dari tiga kunjungan, masing-masing pada November 2015, Maret 2016, dan Oktober 2018 terdapat tiga orang yang tewas di lubang tambang.

Kondisi ini tentu berpotensi besar menjadi lebih buruk ke depannya. Sebab kontestasi pemilu yang diikuti lagi oleh Jokowi dan Prabowo, sama-sama tak punya komitmen untuk memerbaiki kebijakan industri tambang batu bara.

Keduanya dinilai justru terus mendorong industri batu bara. Apalagi di lingkaran mereka terdapat para pengusaha tambang yang mayoritas perusahaannya memilki jejak buruk dalam persoalan tambang di Kaltim.

“Dengan demikian, sekalipun pemilu telah usai, korban keganasan lubang tambang tak akan usai, jika terus dibiarkan,” ujarnya mengakhiri.

Sampai berita ini diturunkan, media ini sudah berupaya mengonfirmasi Kabid Humas Polda Kaltim Kombes Pol Ade Yaya Suryana. Belum ada jawaban.

Baca Juga: Tak Puas, Ratusan Perempuan Banjar Pilih Menjanda..!!

Editor: Fariz Fadhillah