Kalsel Darurat Karhutla

Kualitas Udara Banjarbaru Masuk Kategori Tidak Sehat Akibat Karhutla

Kalimantan Selatan (Kalsel) darurat kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Bahkan, kualitas udara di Banjarbaru masuk kategori tidak sehat. 

Kabut asap dampak dari karhutla di Pengayuan Banjarbaru beberapa waktu lalu. Foto-apahabar.com/Fida

apahabar.com, BANJARBARU - Kalimantan Selatan (Kalsel) darurat kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Bahkan, kualitas udara di Banjarbaru masuk kategori tidak sehat. 

Hal itu juga dirasakan warga di sebagian kecamatan Banjarbaru yang nyaris tiap hari terjadi karhutla . Seperti Pengayuan, Liang Anggang. 

"Yang pasti badan kami sudah mulai drop. Keadaan ini juga dialami oleh para relawan damkar yang lain," kata salah satu warga menjadi relawan peduli api di kawasan Liang Anggang, Hendra, Kamis (24/8).

Kondisi yang dialaminya akibat padatnya aktivitas pemadaman Karhutla serta asap yang ditimbulkan. Warga pun banyak yang mengeluhkan sakit seperti batuk karena kabut asap masuk ke dalam rumah.

Baca Juga: Pengacara Dipolisikan Buntut Kasus Perselingkuhan ASN Banjarbaru

Sementara itu, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Banjarbaru mengakui bahwa pencemaran udara di Ibu Kota Kalsel itu masuk dalam kategori merah (tidak sehat) Hal itu tampak dalam nilai yang ditunjukkan alat ukur udara sejak Senin (21/8).

"Pukul 08.00 WITA, indikator di alat menunjukkan angka 69 untuk PM2,5. Berarti udara berada di kategori tidak sehat," ungkap Kepala Bidang (Kabid) Penegakan Hukum dan Pengendalian LH, DLH Kota Banjarbaru, Shanty Eka Septiani.

Peningkatan ini terjadi lantaran Ibu Kota Provinsi Kalsel saat itu diselimuti kabut asap dampak Karhutla. Lalu pada Selasa (22/8) hingga Kamis (24/8) statusnya dalam kategori sedang

Meski demikian, Shanty mengakui bahwa data ini tidak menggambarkan kondisi udara di Kota Banjarbaru secara menyeluruh. Sebabnya, Stasiun Pemantauan Kualitas Udara Ambien di RTH Masjid Al-Munawarah hanya mengukur hingga radius 5 km.

"Sementara kualitas udara di Kecamatan Landasan Ulin dan Liang Anggang hanya merujuk pada data parameter kritis saja, untuk angka pastinya tidak bisa," ucapnya.

Baca Juga: Kalsel Expo 2023 di Banjarbaru, Pertama Kali ada Peserta dari Belanda

Sedangkan karhutla juga kerap terjadi di Kecamatan Liang Anggang tepatnya di Jalan Jurusan Pelaihari. Wilayah ini tak terjangkau dengan alat pengukur kualitas udara di Jalan Trikora, Kecamatan Banjarbaru Selatan.

Karenanya, DLH Kota Banjarbaru memperkirakan bahwa kualitas udara di Liang Anggang lebih parah. Bahkan udara dinilai masuk kategori tidak sehat.

"Iya (kategori tidak sehat) karena melihat kondisi di lapangan terjadi kabut asap," tegasnya.

Karena itu, Shanty mengimbau agar masyarakat bisa disiplin mengenakan masker dalam aktivitas, terutama pagi hari. Hal ini mencegah penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA).

Ke depan, DLH katanya juga akan mencari lokasi baru untuk penambahan alat ukur kualitas udara.

"Ada beberapa lokasi yang kami usulkan, seperti di wilayah bandara. Karena jika hanya di tengah kota tidak menggambarkan kualitas udara sebenarnya," tuturnya.