Jelang COP 28

Krisis Iklim, Presiden Terpilih COP28: Harus Turunkan Gigaton Emisi

Presiden terpilih COP28 Dr. Sultan Al Jaber menyampaikan pidatonya pada Konferensi Ambisi Iklim PBB di New York.

Presiden terpilih COP28, Dr. Sultan Al Jaber berbicara dihadapan para pemimpin dunia pada Konferensi Ambisi Iklim PBB pada Rabu (20/9) mengajak seluruh lapisan individu di dunia untuk mulai beralih dari janji-janji menuju aksi nyata untuk mengatasi perubahan iklim. Foto: COP28

apahabar.com, JAKARTAPresiden terpilih COP28 Dr. Sultan Al Jaber menyampaikan pidatonya pada Konferensi Ambisi Iklim PBB di New York. Ia mengingatkan kembali pada pemimpin dunia bahwa kita bukan tidak berdaya dalam mengatasi krisis iklim. 

Al Jaber kemudian menyerukan seluruh lapisan masyarakat dunia untuk berperan aktif dalam menurunkan gigaton emisi. Menurutnya, seluruh dunia harus  lebih berani dan tegas serta kembali pada jalur yang tepat untuk memenuhi ambisi iklim, menegaskan kembali prinsip-pinsip PBB, serta untuk dapat berpikir melampaui batas negara, melampaui kepentingan politik, dan melampaui masa hidup itu sendiri.

“Perubahan iklim merupakan musuh kita bersama, dan kita harus bersatu untuk mengatasinya," ujar Sultan Al Jaber di New York, Rabu (20/9).

Konferensi yang merupakan tonggak sejarah diskusi iklim selama Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa berdiri, diselenggarakan oleh Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, dihadiri oleh para pemimpin dunia, sektor swasta, dan masyarakat sipil.

Baca Juga: Di Tengah Krisis Iklim, WALHI: Ada Proyek Gelap Oligarki

Dalam pidatonya, Al Jaber merujuk pada data terbaru Global Stocktake yang mengkonfirmasi bahwa dunia sedang dalam ambang kehancuran, dan kita tidak memiliki banyak waktu lagi, namun tetap memiliki keyakinan bahwa belum terlambat untuk melakukan perubahan.

Al Jaber kemudian menantang dunia untuk menanggapi Global Stocktake dengan ambisi yang tinggi, dengan menegaskan bahwa kita tahu besarnya permasalahan yang harus dihadapi.

"Jumlahnya jelas, 22 gigaton. Ini adalah jumlah emisi gas rumah kaca yang perlu kita kurangi dalam tujuh tahun ke depan agar angka 1.5 tetap berada dalam batas aman,” paparnya

Al Jaber turut menyampaikan terkait pentingnya seluruh individu sebagai komunitas secara internasional untuk mengingat bahwa dunia bukan tidak berdaya. "Kita telah mencatat dalam sejarah bahwa ketika kita bergerak didasari rasa optimisme, kepentingan, dan solidaritas, kita dapat menghadapi permasalahan paling sulit sekalipun," terangnya.

Baca Juga: Perdagangan Karbon, WALHI: Jawaban Krisis Iklim Sarat Masalah Etik

Ia terus membagikan keyakinannya bahwa dalam kondisi krisis iklim seperti saat ini, dunia mampu dan akan menemukan kembali kekuatan terbesar umat manusia, kapasitas untuk berkolaborasi, menyatukan perbedaan, dan mengambil manfaat dari aksi kolektif bersama.

Pidato Al Jaber pada Konferensi Ambisi Iklim PBB terjadi hanya 71 hari sebelum COP28, sebuah konferensi iklim tingkat global di UEA. Al Jaber menekankan tentang pentingnya berusaha sekuat tenaga untuk mencapai kesepakatan iklim yang ambisius bagi 198 pihak yang terlibat.

Namun menurutnya, perubahan iklim tidak dapat diselesaikan hanya melalui kesepakatan. "Hal itu hanya dapat diatasi melalui tindakan. Hal itulah yang ingin kami capai melalui Agenda Aksi COP28," tegasnya.

Al Jaber kemudian merinci agenda aksi Kepresidenan COP28 untuk mengembalikan dunia ke jalur yang benar untuk memenuhi ambisi yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris tahun 2015 lalu.

Baca Juga: Program JETP, IESR; Target Utamanya Mengatasi Krisis Iklim

Ia lalu mengajak semua pihak di seluruh dunia untuk membuat komitmen yang dapat ditindaklanjuti pada pilar-pilar utamanya, yakni mempercepat transisi energi yang adil dan terarah, memperbaiki pendanaan iklim, berfokus pada kehidupan dan penghidupan, dan memastikan seluruh proses berlangsung dengan inklusivitas penuh.

Percepat transisi energi

Bicara tentang upaya mempercepat transisi energi yang adil, teratur, dan terkelola dengan baik, Al Jaber menjelaskan bahwa pengurangan penggunaan bahan bakar fosil secara bertahap sangatlah penting. Faktanya, hal ini tidak bisa dihindari.

"Dan hal ini harus berjalan seiring dengan peningkatan bertahap menuju alternatif nol karbon." tegasnya.

Al Jaber meminta para pihak untuk menjalankan tanggung jawabnya menuju ekspansi besar-besaran energi terbarukan dan melipatgandakan kapasitas global menjadi 11TW pada tahun 2030. Ia juga menekankan kekuatan peningkatan efisiensi energi sebagai cara paling sederhana, termurah dan tercepat untuk mengurangi emisi.

Baca Juga: Perjuangkan Hutan Adat Awyu, Greenpeace: Selamat dari Krisis Iklim

Lebih jauh, Al Jaber menyerukan untuk jujur mengenai apa yang diperlukan dalam mewujudkan transisi pada sektor-sektor penghasil emisi besar yang tidak dapat dijalankan hanya dengan energi terbarukan, sembari menekankan pentingnya mengembangkan seluruh rantai nilai hidrogen.

Al Jaber juga menekankan pentingnya dekarbonisasi energi secara cepat dan komprehensif. Ia juga mengulangi seruannya kepada industri minyak dan gas untuk menghilangkan emisi metana pada tahun 2030 dan menyelaraskannya dengan target net zero pada atau sebelum 2050.

Perbaiki pendanaan iklim

Menyikapi rencana COP28 untuk memperbaiki pendanaan iklim, Al Jaber berbicara tentang perlunya memulihkan kepercayaan antar pihak dan negara-negara yang berkontribusi untuk memenuhi janji $100 miliar tahun ini. Ia kemudian menekankan upaya melangkah lebih jauh dan menyatakan bahwa “Jika ingin mendapatkan triliunan dolar, kita perlu mengeluarkan seluruh potensi modal swasta.”

Al Jaber menyerukan reformasi pada lembaga keuangan internasional yang sudah ketinggalan zaman, dan inovasi cerdas di seluruh sistem keuangan serta pasar karbon yang berfungsi lebih baik.

Baca Juga: Pendanaan PLTU Batu Bara oleh BNI, Memperparah Krisis Iklim

Singkatnya, Al Jaber mencatat bahwa tujuannya adalah menciptakan ekosistem di mana pendanaan lebih tersedia. l"Lebih mudah diakses dan lebih terjangkau, sehingga uang mengalir kepada mereka yang paling membutuhkan,"

Berfokus pada manusia

Al Jaber berbicara tentang kebutuhan mendesak untuk menempatkan manusia, kehidupan, dan mata pencaharian sebagai pusat diskusi iklim. Ia mencatat bahwa orang-orang di mana pun menginginkan hal yang sama, air bersih, udara bersih, peluang ekonomi, serta keamanan dalam badai.

Ia kemudian menyerukan negara-negara untuk menanamkan investasi positif terhadap alam dalam strategi iklim nasional mereka dan pendekatan yang lebih cerdas terhadap cara menanam dan mengonsumsi makanan.

Ia juga mencatat bahwa COP28 akan menjadi COP pertama yang memasukkan kesehatan global ke dalam agenda COP.

Baca Juga: Atasi Krisis Iklim, FAO Serukan Perlindungan Hutan Global

"Kunci dari semua tindakan ini adalah pendanaan. Oleh karena itu, saatnya menyerukan kepada negara-negara untuk menggandakan pendanaan adaptasi pada tahun 2025, mengisi kembali Dana Iklim Hijau (Green Climate Fund), dan mengoperasionalkan dana untuk Kerugian dan Kerusakan sesuai dengan janji awal," tegasnya.

Inklusivitas penuh

Membahas prioritas COP28 untuk mendukung seluruh aksi iklim dengan penuh inklusivitas, Al Jaber meminta semua pihak untuk mengesampingkan perbedaan dan mulai bekerja sama demi mencapai kemajuan.

Ia meminta setiap orang yang datang ke COP28 berorientasi solusi dan hasil, khususnya para pemangku kepentingan utama, seperti negosiator, sektor swasta, dan para pemimpin dunia.

Al Jaber menekankan bahwa ini akan menjadi COP yang paling inklusif, dengan rencana untuk memfasilitasi partisipasi semua kelompok, termasuk pemimpin daerah, pemuda, dunia usaha, filantropis, masyarakat adat, dan lainnya.

Baca Juga: SwissCham Indonesia Wujudkan Pertanian Berkelanjutan dan Antisipasi Krisis Iklim

Al Jaber menutup pidatonya dengan menyerukan para pemimpin dunia untuk mengubah perjanjian menjadi tindakan dan ambisi menjadi aksi. Termasuk tindakan membangun harapan dan harapan membangun tindakan. Dengan demikian akan tercipta siklus umpan balik yang positif.

"Marilah kita menjadi berani. Marilah kita melakukan apa yang benar dan melakukan apa yang perlu dilakukan. Mari aktifkan respons global terhadap Global Stocktake, dan kembali ke jalur yang benar," tandasnya.