Nasional

Korban Partama Omicron di Indonesia: Pasien Lansia

apahabar.com, JAKARTA – Dua warga berusia lanjut dilaporkan menjadi korban pertama Omicron di Indonesia. Informasi tersebut…

Ilustrasi. Foto-Net.

apahabar.com, JAKARTA – Dua warga berusia lanjut dilaporkan menjadi korban pertama Omicron di Indonesia. Informasi tersebut disampaikan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) belum lama ini.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menyatakan kedua korban meninggal memiliki gejala berat dan salah satu dari mereka memiliki komorbid.

“Gejalanya berat. Yang satu usia 64 tahun belum divaksin, dan satunya 54 tahun sudah divaksin. Satu yang sudah divaksin punya beberapa komorbid yang tidak terkendali,” kata Nadia kepada CNNIndonesia.com, Sabtu (22/1).

Nadia belum membeberkan jenis penyakit kedua pasien omicron yang meninggal tersebut. Ia hanya merincikan bahwa pasien berusia 64 tahun tersebut berjenis kelamin laki-laki, sementara usia 54 tahun merupakan seorang perempuan.

Nadia melanjutkan, mayoritas kasus omicron di Indonesia sejauh ini merupakan pelaku perjalanan luar negeri (PPLN). Di sisi lain, temuan kasus transmisi lokal juga mulai mengalami peningkatan, artinya omicron sudah cukup menyebar di komunitas.

“Satu kasus merupakan transmisi lokal, meninggal di RS Sari Asih Ciputat. Dan satu lagi merupakan Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN), meninggal di RSPI Sulianti Saroso,” imbuhnya.

Nadia juga mencatat per 21 Januari kasus varian Omicron di Indonesia berjumlah 1.161 kasus. Dari ribuan kasus Omicron tersebut, 831 merupakan kasus dari Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN). Kemudian 282 kasus transmisi lokal, dan 48 lainnya masih diteliti sumber penularannya.

Nadia lantas mengingatkan agar masyarakat segera mengakses vaksinasi covid-19 dua dosis hingga booster guna memberikan proteksi tambahan warga dari penularan varian omicon maupun varian covid-19 lainnya yang terus bermutasi.

“Tetap memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan pakai sabun, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas dalam praktik kehidupan sehari-hari untuk memberikan perlindungan yang optimal,” ujar Nadia.