Bahaya Bullying

Korban Bullying Berisiko Menyakiti hingga Melukai Diri Sendiri

Dampak perundungan (bullying) memiliki risiko jangka panjang hingga trauma. Korban sering kali mengalami gejala depresi hingga melukai diri sendiri (self harm)

Perundungan (Bullying) Dapat Menyebabkan Anak dan Remaja Melakukan Tindakan Melukai Dirinya Sendiri (Self Harm). Foto: Freepik

apahabar.com, JAKARTA - Dampak perundungan (bullying) memiliki risiko jangka panjang hingga mengakibatkan trauma. Korban sering kali mengalami gejala depresi hingga melukai diri sendiri (self harm).

Melansir Very Well Family, Sabtu (30/9), secara keseluruhan lebih dari 15 persen remaja dan dewasa muda melakukan tindakan tersebut. Hal ini dipercaya oleh mereka sebagai tindakan menghilangkan stres.

Hal-hal tersebut meliputi, memblokir kenangan yang menyakitkan, melepaskan emosi dan perasaan frustasi yang terpendam, menghukum diri sendiri, serta pertanda membutuhkan bantuan orang dewasa.

Risiko ini jauh lebih besar terjadi pada anak perempuan dibandingkan laki-laki. Masalah di sekolah memiliki dampak terhadap perilaku ini, karena tidak mendapatkan perlindungan yang baik dari lingkungannya.

Bagaimana Hubungan Perundungan dengan Self-Harm?
Ilustrasi -Bullying atau perundungan dapat berdampak fatal terhadap korban. Foto: dppkbpppa.pontianak.go.id

Penelitian menunjukkan bahwa seorang korban perundungan dapat dikatikan dengan risiko perilaku self-harm di kalangan remaja.

Baca Juga: Kaktus dan Sukulen, Tanaman Hias yang Cocok untuk Sobat Mager

Sebuah penelitian yang dilakukan di Kongs Colege London, menemukan bahwa anak berusia 5 hingga 12 tahun yang menjadi korban perundungan, memiliki kemungkinan tiga kali lebih besar untuk menyakiti diri mereka sendiri.

"Remaja yang menjadi korban cyberbullying memikili dua kali lebih besar menyakiti diri mereka sendir dan menunjukkan perilaku seperti percobaan bunuh diri," ungkap John A, Glendenning AC, Marchant A, seorang psikolog.

Kendati demikian, tidak semua anak korban perundungan memiliki risiko melakukan hal tersebut. Dan menyarankan pembimbing mereka untuk memperhatikan dengan intens mengenai perilaku yang dilakukan.

Bagaimana Peran Orang Tua Saat Mengetahuinya?
Ilustrasi melakukan komunikasi antar orang tua dan anak. Foto: Freepik

Para anak kerap enggan memberitahukan pengalaman buruk yang mereka alami, sehingga melakukan hal negatif sebagai pelepasan emosi mereka.

Peran orang tua sangat pentinga dalam mendampingi tumbuh kembang anak, terutama saat mereka beranjak dewasa. Melakukan komunikasi terbuka antar orang tua dan anak dapat meredam mereka menyakiti dirinya.

Baca Juga: Berkaca Kasus Perundungan di Cilacap, Simak 11 Cara Atasi Bullying

Secara umum, mereka yang menyakiti diri sendiri terlihat beberapa gejala, seperti:

- Memiliki banyak luka di tubuhnya, terutama pergelangan tangan.
- Menunjukkan tanda perilaku gangguan makan.
- Sering mengenakan lengan panjang dan menutupi badan mereka.
- Memberikan alasan atas cedera yang mereka alami.
- Memiliki benda tajam di kamar atau dalam tas.
- Memiliki gangguan depresi.
- Terlihat tidak percaya diri.

Pastikan untuk tidak menghakimi saat mengetahui perbuaan mereka. Sebaliknya, para orang tua harus memahami perasaan mereka. Dengarkan mereka tanpa merusak suasana atau menceramahi mereka.

Baca Juga: Laki-laki juga Wajib Cuci Muka dan Pakai Tabir Surya

Orang tua dapat mencari seorang psikolog atau konselor sebagai tindakan terapi. Dengan melakukan hal tersebut, dapat diidentifikasi alasan mereka melakukan hal tersebut, dan mengetahui bagaimana cara terbaik untuk mengubahnya.

Perlu diketahui, peran sekolah, guru, orang tua, keluarga, lingkungan dan pertemanan sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Hindari untuk melakukan kekerasan atau hal negatif di dekat mereka, karena sejatinya anak dan remaja adalah peniru sejati terhadap sekitar mereka.