Pertumbuhan Ekonomi

Konsumsi Rumah Tangga Lesu, Pertumbuhan Ekonomi Melambat

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan lambatnya pertumbuhan ekonomi disebabkan rendahnya konsumsi rumah tangga. Pergerakan ekonomi yang melambat tersebut t

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani saat ditemui usai kegiatan sosialisasi UU P2SK oleh Kadin Indonesia di Jakarta, Selasa (13/6/2023). Foto: ANTARA

apahabar.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan lambatnya pertumbuhan ekonomi disebabkan rendahnya konsumsi rumah tangga. Pergerakan ekonomi yang melambat tersebut terasa di Kuartal III-2023 pada periode Juli hingga Septermber 2023.

Dibandingkan pada Kuartal II-2023 pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen. Kondisi tersebut berbeda bila merujuk catatan Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai pertumbuhan ekonomi di Kuartal III sebesar 4,94 persen secara tahunan atau year on year (YoY).

“Kalau kita lihat dibandingkan dengan outlook yang selama ini disampaikan, untuk konsumsi yang dikeluarkan oleh BPS memang relatif lebih rendah dari yang kita ekspektasi,” ujarnya dalam konferensi pers, Senin (6/11).

Baca Juga: Harga Beras Melambung, Pemerintah Ancang-ancang Impor

Adapun pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada periode tersebut tercatat sebesar 5,06 persen secara tahunan atau year on year (YoY). 

"Pertumbuhan ini sedikit melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada kuartal II-2023 yang mencapai 5,22 persen YoY," jelas dia.

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada Kuartal III dinilainya bergerak tidak sesuai ekspektasi. Faktanya, yang terjadi konsumsi rumah tangga masyarakat tidak setinggi seperti yang diharapkan.

Sri Mulyani menduga kondisi lesunya konsumsi rumah tangga disebabkan adanya El Nino.

“Ini perlu kita lihat pengaruhnya apa. Apakah psikologis dengan kondisi El Nino, harga beras naik, dan berbagai faktor,” ungkapnya.

Baca Juga: Kemenkeu Guyur Insentif Fiskal, 3 Daerah Kalimantan Kecipratan

Meski begitu, Sri Mulyani melihat pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada kuartal III 2023 meningkat cukup tinggi yakni sebesar 5,7 persen. Jumlah tersebut jauh lebih tinggi dari yang pemerintah proyeksikan.

“Ini konfirmasi dengan tadi, industri manufaktur dan masuknya capital inflow, jadi ini masih sangat positive story dari indonesia yang kita akan coba untuk jaga terus,” imbuhnya.