Kinerja Jasa Keuangan

Konflik Geopolitik Memanas, Sektor Jasa Keuangan Stabil

Ketua Dewan Komisioner (DK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar melaporkan saat ini stabilitas sektor jasa keuangan nasional masih tetap terjaga yang

Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Foto: Shutterstock

apahabar.com, JAKARTA - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar melaporkan saat ini stabilitas sektor jasa keuangan nasional masih tetap terjaga yang didukung permodalan solid dan likuiditas memadai.

"Sektor jasa keuangan terjaga didukung oleh permodalan yang kuat dan likuiditas yang memadai, sehingga dinilai mampu menghadapi berlanjutnya penurunan pertumbuhan ekonomi dunia dan tingkat ketidakpastian global yang tinggi," tutur Mahendra dalam konferensi pers RDK OJK November 2023, Senin (4/12).

Pasalnya, OJK menyebut kini tensi geopolitik global masih tinggi seiring berlanjutnya konflik Timur Tengah. Termasuk pemilihan umum politik di negara-negara maju yang menujukan pemenangan dari partai-partai politik beraliran kanan.

Baca Juga: OJK Klaim Pasar Saham RI Menguat di November 2023

Kondisi tersebut berdampak terhadap kenaikan harga minyak dan energi masih terbatas utamanya mengingat berlanjutnya tren pelemahan permintaan. Selain itu, tekanan kenaikan harga komoditas pangan diharapkan mereda seiring pelemahan El Nino yang terjadi saat ini.

“Perkembangan tersebut mendorong penguatan pasar keuangan global dan juga penurunan volatilitas baik di pasar saham, surat utang, maupun nilai tukar,” ucap dia.

Selain itu, investor nonresiden juga mulai masuk ke pasar keuangan dari negara-negara emerging termasuk ke Indonesia. Setelah 3 bulan sebelumnya melakukan penjualan yang cukup signifikan.

Baca Juga: BUMN Dominasi Penyaluran Kredit Bank, Tembus Rp6.903 Triliun!

Di domestik pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) kuartal ketiga 2023 tercatat 4,94 persen Year on Year (YoY) lebih kecil dibandingkan kuartal sebelumnya 5,17 persen.

"Hal itu didukung oleh tingginya pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan investasi bangunan,” kata Mahendra.

Sementara tingkat inflasi rendah di level 2,56 persen YoY. Serta ekspor yang masih terkontraksi atau minus 4,26 persen secara YoY. Namun, secara umum indikator utama perekonomian nasional masih cukup positif. Melihat neraca perdagangan yang masih bergerak surplus.

Baca Juga: Genjot Kepemilikan Aset, OJK: Bank Syariah Perlu Konsolidasi

Karena itu, OJK mendorong lembaga jasa keuangan untuk terus memonitor potensi risiko termasuk melakukan stres tes ketahanan terhadap gejolak pasar.

"Hal itu dilakukan untuk menjaga stabilitas sektor jasa keuangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi," ujar Mahendra.

Selain itu, OJK juga melakukan strategi mitigasi risiko dalam rangka menjaga ketahanan permodalan dan likuiditas.

“Sehingga sektor jasa keuangan dapat terjaga stabil dan dapat berkontribusi optimal bagi perekonomian nasional,” ucap Mahendra.