Skandal Oknum Polri

Kombes Yulius 'Nyabu': Euforia Bahagia Sementara, Efek Buruk Selamanya

Selain menyalahi aturan di negeri ini, penggunaan sabu sejatinya juga merusak diri

Ilustrasi - Pengungkapan kasus narkoba Polda Metro Jaya. Foto: khalfani.co.id

apahabar.com, JAKARTA - Kombes Yulius kedapatan tengah nyabu bersama seorang wanita di sebuah kamar hotel di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Keduanya lantas dibekuk Polda Metro Jaya atas dugaan penyalahgunaan narkoba pada Jumat (6/1).

Dari penangkapan tersebut, polisi menemukan barang bukti berupa narkoba jenis sabu. Ada dua klip sabu, dengan masing-masing seberat 0,5 gram dan 0,6 gram, serta sebuah alat isap sabu. 

Kombes Yulius telah menjalani tes urine menggunakan metamfetamin dan amfetamin. Hasilnya, dia dinyatakan positif narkoba. 

Baca Juga: Terciduk Nyabu-Ngamar, Kombes Yulius Korban Sindikat Narkoba?

Selain menyalahi aturan di negeri ini, penggunaan sabu sejatinya juga merusak diri. Terdapat segudang efek samping sabu yang mempengaruhi kesehatan. Merangkum berbagai sumber, berikut ulasannya:

Sempat Dilegalkan

Sabu atau metamfetamin merupakan obat stimulan yang memiliki efek adiktif tinggi. Seperti dilansir dari laman BNN, zat ini sebenarnya dilegalkan oleh lembaga pengawas obat-obatan Amerika, yaitu Food and Drugs Administration (FDA). 

Pemberian izin itu dikarenakan metamfetamin adalah salah satu bahan untuk membuat obat terapeutik yang biasanya diresepkan bagi penderita ADHD, narkolepsi, dan obesitas. Zat ini hanya bisa digunakan secara terbatas dan dengan persetujuan dokter.

Malahan, kala Perang Dunia II berkecamuk, metamfetamin banyak dicari para serdadu untuk mendapatkan efek stimulannya. Zat ini digunakan para tentara untuk tetap terjaga dan fokus pada perang yang berlangsung dalam jangka waktu panjang. 

Namun, metamfetamin akhirnya ditetapkan menjadi obat-obatan terlarang. Perubahan status ini dilatarbelakangi banyaknya kasus penyalahgunaan, di mana dosis yang dikonsumsi tak sesuai dengan anjuran dokter.

Baca Juga: Segudang Prestasi Kombes Yulius yang Ditangkap Nyabu-Ngamar bareng Wanita

Euforia ‘Bahagia’ Sementara

Adapun penggunaan metamfetamin yang tak sesuai dosis anjuran dokter itu, salah satunya, lantaran bisa memberikan efek menyenangkan. Pengguna sabu dapat merasakan ‘bahagia’ sesaat ini karena adanya peningkatan dopamin dalam otak.

Ketika mengonsumsi sabu-sabu, tubuh akan melepaskan neurotransmitter dopamin dalam jumlah besar. Dopamin sendiri merupakan zat kimia yang mampu meningkatkan motivasi, kebahagiaan, dan kemampuan motorik.

Zat ini akan bekerja pada bagian otak, yang lantas menyebabkan seseorang selalu tergoda untuk mengonsumsi lebih banyak sabu-sabu. Mereka merasa ketagihan, bahkan tahan tak mengonsumsi makanan apa pun selama beberapa hari ke depan.

Efek dari menggunakan sabu adalah meningkatnya perhatian, meningkatnya aktivitas, cara bicara cepat, penurunan nafsu makan, berkurangnya rasa lelah, kehilangan kontrol diri, dan merasa euforia. 

Orang-orang yang menggunakan sabu pun biasanya mengalami gejala psikis. Di antaranya, paranoid, agresif, halusinasi baik pada penglihatan maupun pendengaran, gangguan mood, dan delusi.

Efek buruk penggunaan sabu ada di halaman selanjutnya....

Sederet Penyakit akibat Sabu

Konsumsi sabu dalam dosis tinggi berpotensi meningkatkan risiko penyakit jantung, seperti nyeri dada, detak jantung abnormal, serta hipertensi. Hal ini akan mengarah pada diseksi aorta akut, serangan jantung, atau kematian jantung mendadak bahkan saat pertama kali seseorang menggunakannya.

Kandungan zat berbahaya dalam sabu juga bisa menyebabkan kerusakan gigi dan gusi yang disebut sebagai “meth mouth” atau pembusukan gigi. Penyakit ini mengharuskan si penderita mencabut giginya.

Bahkan, sejumlah studi mengungkapkan bahwa sabu bisa memberikan efek jangka panjang. Salah satunya adalah penyakit parkinson, yaitu kondisi gangguan saraf yang mempengaruhi saraf gerak.

Berkembangnya gejala psikotik pada pengguna metamfetamin sendiri dipengaruhi beberapa faktor, termasuk dosis, lama penggunaan, cara penggunaan (intervena, menghisap, dan oral), dan kerentanan pribadi terhadap psikosis.

Durasi penggunaan yang lama dapat meningkatkan risiko psikotik akibat metamfetamin dalam jangka panjang. Begitu juga dengan frekuensi yang tinggi, di mana berpotensi meningkatkan risiko tersebut.

Selain itu penggunaan sabu-sabu dengan suntikan yang menggunakan jarum suntik bekas atau bergantian juga dapat meningkatkan risiko terserang penyakit menular tertentu seperti HIV dan hepatitis.