Demensia

Kolestrol Baik Tak Selalu Baik, jika Terlalu Tinggi Berisiko pada Demensia

Studi terbaru menunjukkan HDL-C atau kolestrol 'baik' dikatikan dengan risiko demensia pada lanjut usia. Lalu bagaimana mengatasinya?

Studi Terbaru Menemukan bahwa Kadar Kolestrol HDL-C Terlalu Tinggi Berisiko Terhadap Demensia. Foto: Freepik

apahabar.com, JAKARTA - Studi terbaru menunjukkan HDL-C atau kolestrol 'baik' dikatikan dengan risiko demensia pada lanjut usia. Lalu bagaimana mengatasinya?

High Density Lipoprotein Cholesterol (HDL- C), sering disebut sebagai kolestrol baik, diketahui berkaitan dengan peningkatan risiko demensia pada orang dewasa yang lebih tua.

Istilah HDL atau kolestrol 'baik' dianggap membantu mengangkut kolestrol keluar dari aliran darah dan membawanya kembali ke hati.

Kadar HDL-C diketahui melalui tes darah. Dengan batas normal untuk dewasa Laki-laki: 45–60 mg/dL atau lebih. Perempuan: 55–60mg/dL atau lebih.

Kolestrol Baik dan Pengaruh Terhadap Demensia
Kadar HDL-C Terlalu Tinggi Berisiko Terhadap Demensia. Foto: Freepik

Tingginya kadar kolestrol HDL dikatikan dengan peningkatan risiko terhadap pembuluh darah, yang disebabkan oleh metabolisme HDL yang tidak normal menyebabkan meningkatkan molekul yang memicu peradangan dan perkembangan penyakit Alzheimer.

"Kami menemukan bahwa orang dengan nilai HDL yang rendah berisiko terhadap demensia lebih tinggi dibandingkan dengan menengah. Hal tersebut juga berlaku dengan kadar HDL yang tinggi," tutur Erin Ferguson, MPH, peneliti di University of California San Francisco, melansir Health, Senin (11/12).

Peneliti mengkategorikan individu berdasarkan kadar HDL-C. Melihat beberapa pola seperti kadar HDL-C rendah (11–41 mg/dL) mengalami peningkatan demensia sebesar 7% dibanding menengah.

“Sedangkan individu dengan HDL-C tertinggi (>65 mg/dL) memiliki peningkatan angka demensia sebesar 15% dibandingkan dengan kelompok menengah.” ucap dr. Ferguson.

Penelitian mengenai hubungan kolestrol HDL dengan demensia masih sangat sedikit, sehingga peneliti masih memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengetahuinya.

Ilustrasi Demensia. Foto: Freepik

Meski begitu, kadar kolesterol HDL dalam darah yang rendah diketahui menjadi faktor risiko terhadap penyakit pembuluh darah, dan penyakit pembuluh darah memengaruhi kesehatan otak dan berkontribusi terhadap risiko demensia.

“Penyakit pembuluh darah dapat melibatkan penumpukan plak di pembuluh darah di otak, yang dapat menjadi kontributor signifikan terhadap perkembangan demensia,” kata Ferguson.

Menurut Douglas Scharre, MD, seorang profesor neurologi klinis dan psikiatri di The Ohio State University College of Medicine, ada banyak hubungan antara kolesterol dan demensia.

Misalnya, genotipe apolipoprotein E (APOE)—gen yang membuat protein yang membawa kolesterol dan jenis lemak lain dalam aliran darah—juga dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit Alzheimer yang timbul lambat jika orang memiliki alel e4 ( gen yang meningkatkan risikonya.)2

Peran pasti kolesterol dalam perkembangan demensia masih belum diketahui, dan penelitian lebih lanjut perlu dilakukan.

Namun hal ini tidak berarti Anda tidak boleh tetap menjaga angka-angka Anda tetap sesuai sebagai langkah pencegahan.

Menjaga Kolestrol tetap Normal Menghindari Risiko Demensia
Gaya Hidup Sehat Mencegah Demensia. Foto: Moxie Productions/GettyImages

Seperti diketahui, menjaga kadar kolestrol agar tetap stabil adalah kunci dari segala kesehatan, tapi ada cara lain untuk mencegah demensia berlanjut pada seseorang.

Peneliti mencatat sebanyak 40% kasus demensia dapat ditunda atau dicegah, yaitu dengan mengubah gaya hidup menjadi sehat.

Beberapa cara mencegah demensia adalah dengan menjaga tekanan darah agar stabil, mencegah diabetes dan mengelola berat badan. Selain itu berhenti merokok dan membatasi kadar minuman beralkohol juga dapat mengurangi risiko.

Tetap beraktivitas fisik seperti berolahraga atau berjalanan kaki, makan makanan sehat serta mengasah daya ingat dengan bermain puzzle atau permainan kognitif lainnya diketahui dapat mencegah demensia pada usia diatas 65 tahun.

"Pastikan kadar oksigen dalam tubuh terpenuhi, dan mendapatkan kualitas serta kuantitas tidur yang baik untuk hidup yang lebih sehat," tutup Ferguson.