Berita Ramah Anak

Kolaborasi Save the Children dan Jurnalis Jaga Pemberitaan Ramah Anak

Jurnalis menjadi ujung tombak dalam perlindungan anak melalui karya jurnalistik yang ramah anak.

Senyum ceria anak sekolah dasar.(Foto: Unicef)

apahabar.com, JAKARTA - Save the Children sebagai organisasi yang bergerak dalam pemenuhan hak anak mengapresiasi kerja jurnalis di Indonesia, terutama dalam upaya melakukan peliputan ramah anak dan pemberitaan yang berpihak pada anak.

Bangi mereka peran jurnalisme dan media massa sangat krusial untuk menangkal informasi bohong yang beredar, seiring dengan menjamurnya platform media sosial, di mana semua orang dapat membagikan kisah, informasi, dan mengabarkan situasi.

Karena itu, Save the Children juga masih aktif membangun komunitas jurnalis bernama “Jurnalis Sahabat Anak” di berbagai provinsi. Saat ini mereka fokus di Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

Baca Juga: Polemik SDN Pocin 1, Komnas Perlindungan Anak: Pemkot Depok Bisa Dipidanakan

Para jurnalis dan kontributor yang tergabung dalam komunitas ini terbagi dalam berbagai tier media–tidak hanya media nasional tier 1, tetapi juga media-media lokal yang berpengaruh besar di wilayahnya.

Melalui komunitas itu, mereka mengajak para Jurnalis dan expert media massa menyelenggarakan workshop untuk jurnalis-jurnalis di daerah agar menguatkan kaulitas pemberitaan yang ramah anak.

"Fokus kami adalah agar lebih banyak lagi jurnalis yang mendapat kapasitas melakukan peliputan ramah anak, sehingga menghasilkan pemberitaan yang berpihak pada anak,” kata Chief of Advocacy, Campaign, Communication, and Media Save the Children Indonesia, Troy Pantouw melalui keterangan resminya, Sabtu (11/2).

Baca Juga: Dinkes DKI Imbau Anak Tak Langsung Diberi Obat Sirop Saat Demam

Salah satu materi yang sering menjadi bahan diskusi jurnalis di workshop adalah Kebijakan Keselamatan Anak dalam Kerja-Kerja Komunikasi dan Media, salah satu materinya perihal Triangle of Risks: Nama, Foto, Lokasi.

Dalam workshop diberikan studi kasus risiko-risiko yang dapat menimpa anak dan keluarganya jika salah satu atau bahkan semua aspek Triangle of Risks tersebut dimuat dalam pemberitaan. Tak hanya itu, materi lain yang tak kalah penting juga seputar kebijakan dan Undang-Undang Pers.

Setelah melakukan workshop, Save the Children juga mengajak jurnalis untuk melakukan kunjungan media, baik di dalam maupun di luar provinsi peserta. Salah satu praktik baik yang kami temukan, sudah banyak jurnalis maupun kontributor yang menerapkan prinsip-prinsip pemberitaan ramah anak.

Baca Juga: Bukan Sekadar Hadir, Anak Butuh Orang Tua yang Berkesadaran Penuh

Salah satu laproran jurnalistik yang menyentuh adalah cerita Minha sebagai orang muda yang berjuang mencegah perkawinan anak di desanya yang terkenal sebagai desa PMI (Pekerja Migran Indonesia).

"Kami berharap, ilmu-ilmu yang didapatkan saat workshop tidak hanya berhenti di peserta saja, tetapi para peserta juga bisa menyebarkannya melalui forum, atau pos-pos jurnalis di lapangan. Sehingga lebih banyak lagi karya jurnalistik yang mengedepankan aspek perlindungan anak dan berpihak pada anak,” pungkas Troy.