Relax

Kok Makin Banyak yang Ogah Pakai Masker? Ini Penjelasan Psikologisnya…

apahabar.com, BANJARMASIN – Selama hampir 3 tahun hidup bersama pandemi, kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat kini…

Ilustrasi lepas masker. Foto-net

apahabar.com, BANJARMASIN – Selama hampir 3 tahun hidup bersama pandemi, kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat kini mulai berjalan normal.

Namun hal tersebut juga dihadapkan pada penurunan penerapan protokol kesehatan (prokes), seperti melepas masker di tempat umum dan sebagainya.

Dilansir dari Detikhelath, berdasarkan Data Monitoring Protokol kesehatan dalam kurun waktu 5 sampai 11 September 2022, menunjukkan penurunan jumlah provinsi yang melakukan pemantauan dan pelaporan protokol kesehatan jika dibandingkan dengan minggu sebelumnya.
Padahal ancaman Covid-19 masih perlu menjadi kewaspadaan bersama mengingat risiko penularan masih terjadi.

Terkait hal tersebut, Ketua Lab Intervensi Sosial dan Krisis Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (FPsi UI), Dianti Endang Kusumawardhani, menyinggung soal pandemic fatigue.

Pandemi fatigue merupakan rasa lelah seseorang setelah mengalami suatu kejadian yang mengancam seperti pandemi.

“Pandemic fatigue adalah kelelahan akibat pandemi yang kita tahu sudah mengalami hampir 3 tahun ini. Pandemic fatigue ini adalah suatu kelelahan setelah kita mengalami suatu kejadian yang mengancam. Kalau kita lelah itu kan rasanya ingin beristirahat dari sesuatu yang tadinya buat kita tegang, membuat kita selalu was-was atau waspada, nah ini kita bisa melihatnya itu konsep stres, jadi ada perasaan cemas,” tutur Dianti Endang Kusumawardhani, dikutip apahabar.com pada Jumat (16/9/).

“Kalau seperti itu kita juga mengalami stres, dan stres itu adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan. Karena kemudian kita merasa terancam, kemampuan kita ini bisa tidak ya untuk berperilaku secara efektif untuk mengatasi masalah itu tadi,” lanjutnya.

Menurut Dianti, seseorang yang mengalami pandemic fatigue adalah hal yang wajar.

Namun, perlu juga mempertimbangkan keadaan orang lain yang memiliki risiko tinggi terhadap kesehatan apabila terpapar Covid-19.

Mengingat Covid-19 sangat berbahaya bagi mereka yang termasuk kelompok rentan, bahkan bisa menyebabkan kematian.

“Boleh-boleh saja kita release tension, ingin melepaskan kejenuhan, kelelahan setelah masa tegang itu tadi selama 2-3 tahun. Tapi harus diingat ada orang lain di sekeliling kita, orang lain yang punya kebutuhan-kebutuhan dan juga kepentingan-kepentingan yang sama dengan kita,” ucapnya.

“Merasa lelah itu wajar ya, tapi tetap kita harus mempertimbangkan adanya orang-orang lain yang harus kita perhatikan juga kesehatannya,” sambungnya lagi.