Tak Berkategori

Kisah Prostitusi Anak di Rumah Singgah Banjarmasin, Arisan hingga Utang Kreditan

apahabar.com, BANJARMASIN – Dunia prostitusi seakan tidak pernah mati sekalipun Satpol PP Banjarmasin berulang kali menjaring…

Masalah kerap muncul ketika pelaku prostitusi anak menolak upaya pembinaan yang coba dilakukan pemerintah. apahabar.com/Bahaudin Qusairi

apahabar.com, BANJARMASIN – Dunia prostitusi seakan tidak pernah mati sekalipun Satpol PP Banjarmasin berulang kali menjaring beberapa wanita tunasusila atau WTS. Lantas, apa permasalahannya?

apahabar.com coba menelusuri pangkal masalah yang menyebabkan prostitusi tumbuh subur bahkan mulai menyeret keterlibatan anak di bawah umur.

Di Banjarmasin, Pasar Bawang hingga Sudimampir disebut-sebut sebagai lahan basah para WTS menjajakan ‘bisnis lendir’.

Parahnya praktik prostitusi di sana acap kali menyeret keterlibatan anak di bawah umur.

Mereka kerap terjaring di tempat-tempat penginapan kelas melati usai menawarkan diri melalui aplikasi pesan gratis seperti Michat.

Buka-bukaan ABG Pelaku Prostitusi di Banjarbaru, Open BO Demi Ortu

Nah, usai diamankan mereka sudah pasti akan dibawa ke Rumah Singgah milik Pemkot Banjarmasin yang terletak di kawasan Basirih.

"Biasanya ada juga di bawah umur dia online. Dan diserahkan di sini langsung identifikasi. Nama serta alamat dicatat," ujar Kepala Seksi Tuna Sosial dan Korban Tindak Kekerasan Dinsos Banjarmasin, Hasan Basri saat bincang ringan dengan apahabar.com.

Di rumah singgah, mereka langsung diberi pembinaan dan motivasi secara persuasif. Orang tua mereka pun dipanggil.

“Kami sarankan untuk ikut program di Panti Sosial Bina Remaja, Kota Banjarbaru,” ujarnya.

Para WTS akan dibekali keterampilan dan ketangkasan. Mereka dilatih selama 6 bulan, sebelum dikembalikan ke masyarakat.

Namun masalah mulai muncul saat mereka menolak upaya dari pemerintah tersebut. Upaya Dinsos Banjarmasin tak selalu berjalan mulus. Jawaban yang terlontar dari WTS bahkan kerap terkesan di luar nalar.

"Iya Pak, terima kasih atas sarannya, tapi saya ini ada tanggungan anak, kreditan dan arisan, dan lain-lain," Hasan meniru perkataan WTS itu.

Ya, mereka tak ingin berada di panti untuk mengikuti program keterampilan yang biasa diberikan pemerintah demi keperluan hidupnya sehari-hari.

Prostitusi Online di Banjarmasin Seret Anak-Anak, Sudah Puluhan Remaja Terjaring!

“Mereka lebih senang cari dana cepat untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari,” ujarnya.

Hal itulah yang sering membuatnya dilema. Tak mungkin pemerintah ikut menanggung kebutuhan hidup WTS di luar rumah singgah.

"Kami tidak bisa memaksa seperti diantar ke Panti. Harus sudah sadar sendiri," pungkasnya.

Di sisi lain, Hasan menjelaskan WTS berada di Rumah Singgah minimal satu hari setelah diantar Satpol PP.

Di sana, kebutuhan dasar mereka seperti makan dan minum dipenuhi pemerintah.

Mereka juga memiliki ruang khusus untuk tidak digabungkan bersama lansia dan orang dalam gangguan jiwa (ODGJ).

"Marah dia kalau digabungkan. Jadi kami punya bangunan yang tersendiri," katanya.

Untuk diketahui, maraknya kasus prostitusi dalam jaringan atau online baru-baru ini juga diungkap seorang eks wanita tunasusila dalam program terbaru podcast "Baruchaw" garapan apahabar.com.