Kisah Inspiratif Warid, Jatuh Bangun Rintis Usaha Rumahan Hingga Ekspor ke Luar Negeri

Membangun bisnis bukanlah hal yang mudah. Sama seperti yang dialami Moh Warid, perintis usaha rumahan kerajinan sabut kelapa.

Kerajinan sabut kelapa di Desa Gagah, Kecamatan Kadur, Kabupaten Pamekasan. (Dok/Fauzi)

apahabar.com, PAMEKASAN - Membangun bisnis bukanlah hal yang mudah. Sama seperti yang dialami Moh Warid, perintis usaha rumahan kerajinan sabut kelapa berupa cocofyber, cocofeat, dan cocopot.

Warid memberanikan diri memulai bisnisnya berbekal pengalaman saat dirinya bekerja di salah satu perusahaan swasta di Surabaya tahun 2018.

Kala itu, ia diminta atasannya untuk mencari bahan baku sabut kelapa. Setelah mencari dan berhasil mengumpulkannya dalam jumlah besar, atasannya mendandak menghilang tanpa kabar.

"Di tahun 2018 itu atasan saya menghilang, tidak ada kabar. Sedangkan bahan baku disini sudah banyak ditampung di halaman rumah. Sudah dibeli dan didatangkan dari Sumenep serta juga daerah lain," ujarnya, Senin (20/3).

Baca Juga: Tingkatkan Kolaborasi, Mendag Ajak Pelaku Usaha India ke Indonesia

Awalnya ia kebingungan dengan limbah sabut kelapa yang jumlahnya sangat berlimpah itu. Ide memulai bisnis usaha kemudian muncul setelah melakukan browsing di media sosial.

Pria asal Desa Gagah, Kecamatan Kadur, Kabupaten Pamekasan ini, memulai bisnis kerajinan sabut kelapa ketika masih bekerja di Surabaya. Mulanya ia mengumpulkan anak muda di desanya dengan menggunakan peralatan seadanya, bernama paku yang dirancangnya sendiri.

"Namun alat itu tidak bertahan lama. Baru dipakai seminggu tangan anak-anak sudah terluka, tidak mampu menghasilkan produksi. Karena kebetulan saya punya temen di Cilacap mempunyai mesin, cuma kapasitasnya kecil yang mau dijual. Saya beli mesinnya, waktu itu dicicil. Akhirnya saya bisa produksi pada bulan Desember 2019," tuturnya.

Baca Juga: Kadin Sambut Baik Bunga Pinjaman 0% bagi Usaha Mikro Kecil

Dari hasil produksi kecil-kecilan, kerajinan sabut kelapa intu mulai merangkak naik dan diterima baik pasar dalam maupun luar kota. Berbekal kegigihannya kerajinan itu akhirnya berhasil diekspor ke luar negeri seperti China, Malaysia dan Korea. Namun lagi-lagi kendala muncul dengan adanya pandemi covid-19.

"Tahun 2020 sampai 2021 itu terbentur dengan Covid-19, benar-benar lockdown. Dampak itu sangat dirasakan. Saya kena PHK di perusahaan. Pulang ke sini dan mau fokus disini saya tidak punya apa-apa. Finsial juga sudah tidak ada," ungkapnya

"Akhirnya saya coba-coba mencari solusi ke Dinas, ke pemerintahan suruh buat proposal. Cuma mereka hanya sekedar tahu dan responnya belum ada sampai saat ini," sambungnya.

Baca Juga: Bumiputera Targetkan Perusahaan Kembali Sehat pada 2027

Meski bisnisnya jatuh bangun, Warid terus menekuni usaha kerajinan sabut kelapa tersebut. Produksi yang dihasilkan perhari kurang lebih 100 buah. Harganya bervariasi, mulai dari Rp25 ribu hingga ratusan ribu rupiah.

"Kita saat ini pemasaran ada di beberapa daerah seperti Jember. Kalau pasar ekspor sudah jelas diterima. Kita terima pesanan sudah dari 3 perusahaan. Cuma sampai saat ini terpending karena dari segi alat ada yang belum memenuhi syarat," terangnya.