Kalsel

Kisah Inspirasi, Kiat Pemuda Tabalong Budidaya Sarang Kelulut Raup Cuan

apahabar.com, TANJUNG – Madu kelulut saat ini jadi primadona di Tabalong di tengah sulitnya mendapatkan madu…

Arif, pemuda Desa Padangin RT 5 Kecamatan Muara Harus, Tabalong, menunjukkan sarang kalulut yang ia budidayakan. Foto – apahabar.com/Ahc26.

apahabar.com, TANJUNG – Madu kelulut saat ini jadi primadona di Tabalong di tengah sulitnya mendapatkan madu lebah.

Hampir setiap desa di sana, ada saja warga yang membudidayakan madu kalulut. Seperti warga di Desa Padangin Kecamatan Muara Harus.

Tak hanya membudidayakan dari sarang yang ada, bahkan warga di sana juga berhasil kloning atau mencangkok sarang kalulut.

Adalah, Arif (28), salah satunya. Warga Desa Padangin RT 5 yang sukses melakukannya hingga meraup cuan.

Tak saja dari sarang awalnya tapi juga mengembangkannya melalui proses kloning atau pencangkokkan.

Dituturkan, budidaya ini dia lakoni sejak tahun 2018 lalu. Awalnya hanya beberapa sarang saja, namun sampai saat ini ia sudah memiliki 27 sarang.

“Sejak dua tahun lalu saya sudah beternak kalulut ini, puncaknya tahun 2018 dan sudah menghasilkan madu dan meningkatkan perekonomian keluarga,” bebernya, Minggu (2/8).

Posisi saat ini sarang-sarang kalulut belum menghasilkan madu yang banyak, karena tidak adanya kembang/daun dari pepohonan. Padahal banyak pesanan yang datang.

Mudah-mudahan sekitar bulan November sarang-sarang dapat menghasilkan madu kembali. Karena di bulan itulah pepohonan akan berbunga.

Pemasaran madu kalulut sendiri terbilang mudah. Menurutnya selain dibeli teman-teman sesama pedagang, ada juga dikirim ke Kalimantan Timur, setiap liternya dijual Rp300.000.

Berdasarkan penuturan Arif, hewan yang memiliki ukuran sebesar lalat ini memiliki sarang di pohon kayu.
Kemudian kayu tersebut dipotong warga menggunakan mesin senso. Kemudian dibuatkan kotak persegi empat yang akhirnya akan menjadi sarang baru bagi kelulut.

“Kelulut itu berasal dari hutan, potensi alam daerah sini, ada warga mencari sarangnya di hutan atau kebun di bawa ke kampung dan dibuatkan kotak untuk sarang baru yang bisa dibuka tutup,” katanya.

Sarangnya sendiri awalnya dia beli dari orang dengan harga Rp135.000 hingga Rp150.000. Bahkan, ada juga Rp250.000 persarang, tergantung banyaknya indukan kalulut didalamnya.

“Saat ini bahkan harganya yang sudah dikotak dan disarangi mencapai Rp600.000, namun saya lebih suka memeliharanya ketimbang dijual kembali,” jelas Arif.

Selain membeli dari warga, saat ini diapun melakukan pecah kloni atau mencangkok sarang menjadi dua bagian.

Apabila sarang itu sudah naik ke kotak atas, maka bisa dikloning.
Caranya siapkan kayu yang berlobang kemudian hubungkan dua kayu yang berlobang dengan pipa.

Tunggu sampai sebagian kalulut berpindah,jika kira-kira sudah beranak piak baru pisahkan.

“Saat ini sudah ada 5 sarang yang berhasil dikloning, tapi tidak semua yang dikloning berhasil,” jelas pria beranak 2 ini.

Dari budidaya madu kalulut ini sudah banyak cuan yang didapatnya. Digunakan untuk peralatan budidaya sarang kalulut, seperti membeli kembang-kembang penghasil madu. Lalu sebagian lagi menambah modal untuk parfum. Sisanya digunakan untuk membangun rumah.

“Alhamdulillah, dari budidaya kalulut ini bisa menambah perekonomian keluarga, dari menambah modal dagang hingga menambah uang membangun rumah,” ungkapnya.

Selain Arif, budidaya kalulut ini juga dilakoni, Wahyu. Pemuda lajang ini memiliki 20 sarang.

Budidaya ini dimulainya sejak 2018 lalu, selain mencari sendiri juga dibeli dari orang lain seharga Rp150.000 perlog.

Kini hasil manis ia dapatkan. Dari setiap penjualan madu kalulut, setiap liter dijual Rp300.000. Pembeli merupakan teman satu kerjaan di tambang.

“Asalkan madu yang kita panen asli tanpa dicampur, Insya Allah mudah saja memasarkannya,” pungkas Wahyu.

Di saat pandemi sekarang, madu sangat baik khasiatnya untuk menguatkan imun. Tertarik mencoba?

Editor: Ahmad Zainal Muttaqin