Kalsel

Kisah Enam Personel Polda Kalsel Jadi Pasukan Perdamaian PBB di Afrika Tengah

apahabar.com, BANJARMASIN – Setahun lamanya bertugas di negara rawan konflik bukan perihal gampang. Selama bertugas menjadi…

Personel Polda Kalsel tergabung dalam Kontingen Satgas Garuda Bhayangkara II FPU 2 MINUSCA. Foto-apahabar.com/Istimewa

apahabar.com, BANJARMASIN – Setahun lamanya bertugas di negara rawan konflik bukan perihal gampang. Selama bertugas menjadi pasukan perdamaian di sana tentu banyak pengalaman yang didapat.

Itu dirasakan enam anggota Polri dari Polda Kalimantan Selatan (Kalsel). Mereka adalah Iptu Andi Kohar, Aipda Imam dari Polres Banjar. Ipda Sardi, Aipda Yudha, Aipda Eko dari Polres Tabalong, dan Bripka Jelly Tobing Polresta Banjarbaru.

12 September 2021 lalu, mereka kembali mencium harumnya Tanah Air tercinta, setelah diutus sebagai Kontingen Satgas Garuda Bhayangkara II sejak 2 September 2020.

Mereka berenam terpilih menjadi Kontingen Formed Police Unit (FPU) 2 United Nations Multidimensional Integrated Stabilization Mission in the Central African Republic (MINUSCA).

Tugas yang mereka emban yakni misi perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Republik Afrika Tengah atau Republik Central Africa (RCA).

“Keseharian kami di perbatasan RCA (Republik Central Africa) – Congo. Salah satu misi yang berbahaya. Wilayah zona merah,” ujar Ipda Andi K yang saat ini bertugas di Polres Banjar, Senin (25/10).

Segudang pengalaman menarik saat bertugas di RCA pun dikisahkan. Yang cukup membekas adalah terlibat kontak senjata dengan pemberontak. Itu terjadi pada Januari-Maret 2021.

“Combat sepanjang bulan Januari sampai Maret kemarin di daerah PK (Pointé Kilomètres) 12. Mereka disebut Group Armee. Pemberontak Seleka dan Anti-Balaka,” beber Andi.

Kejadian itu tentu tak terlupakan bagi enam personel Polda Kalsel ini. Ketegangan sangat dirasakan saat itu. Suara deru senjata berat terdengar hampir 24 jam penuh.

“Kontak senjata dari subuh sampai malam,” kata Andi. Beruntung, saat itu tak ada kontingen dari Indonesia menjadi korban. “Ada beberapa, tapi dari negara lain,” lanjutnya.

Jam malam diberlakukan oleh pemerintah RCA. Aktivitas masyarakat di luar dibatasi. Pukul 5 sore harus clear. Termasuk penerbangan dihentikan sementara, kecuali militer.

Pengalaman menantang lainnya didapat Ipda Eko. Ia turut tergabung di Pasukan SWAT FPU Indonesia dalam operasi penangkapan Kepala Group Armee di Kota Bambari, RCA.

Berada di RCA sebagai pasukan perdamaian tentunya tak melulu berada di situasi genting berhadapan dengan pemberontak. Mereka juga mengemban mandat lainnya. Salah satu utamanya misi kemanusiaan.

“Selama di sana ada beberapa mandat yang kita laksanakan, pengamanan personel, fasilitas UN, warga sipil, dan pengungsi,” ujar Sardi.

Mereka menggambarkan kehidupan masyarakat di RCA sangat sulit. Mafhum, RCA itu boleh dibilang negara miskin. Untuk memperoleh air bersih saja susahnya minta ampun.

Jika ketahuan gali sumur siap-siap berhadapan dengan hukum. “Kalau gali sumur di sana bisa kena pidana,” ungkap Andi.

Lantas bagaimana masyarakat di sana mendapatkan air bersih? Itulah salah satu tugas pasukan perdamaian di sana. Mereka setiap dua kali dalam sepekan bertugas mendistribusikan air kepada masyarakat.

“Karena kontingen ini punya fasilitas penjernih air. Jadi kita kadang-kadang bagi air,” imbuhnya.

Melihat betapa sulitnya kehidupan masyarakat RCA cukup menjadi renungan bagi enam personel Polda Kalsel ini.

Hidup di Indonesia sangatlah beruntung. Bisa hidup dengan mudah dengan segala kekayaannya yang dimiliki dan dapat dinikmati merupakan nikmat yang tak ternilai harganya.

“Setelah pulang kita harus lebih bersyukur. Bagaimanapun juga sesulit-sulitnya kita di negara ini jauh lebih sulit mereka di sana,” imbuh Ipda Sardi.

Menjadi pasukan perdamaian PBB ke enam personel Polda Kalsel ini juga memiliki tugas masing-masing setiap harinya.

Sebut saja Bripka Zelly Tobing, kesehariannya bertugas sebagai officer, Aipda Imam punya keahlian perbaikan AC. Lain lagi Aipda Yudha ia spesialis perbaikan kendaraan bermotor.

Kemudian Ipda Sardi khusus logis, ia dikenal sebagai Chef yang handal. Aipda Eko selaku salah satu komandan regu, dan Iptu Andi Kohar tugasnya patroli dan pengawalan.

Selama bertugas di RCA kurang lebih satu tahun rasa rindu berkumpul dengan keluarga tentunya dirasakan mereka. Hanya video call sebagai obat rindu kepada keluarga di tanah air.

“Kadang-kadang video call kalau sedang kangen. Beruntung di sana ada fasilitas WiFi di sediakan. Kalau pakai kuota sudah. Pulsa mahal,” kata Andi.

Selain itu, salah satu yang membanggakan bagi mereka adalah pemberian medali kehormatan dari RCA. Pasalnya, penghargaan tersebut pertama kali diberikan kepada Kontingen Pasukan PBB di RCA, dan FPU Indonesia.

“Penyematan medali kehormatan dari Presiden RCA, Faustin Archange Touadera kepada Kontingen Indonesia. Ini yang pertama kalinya,” kata Andi.

Kiri mereka sudah berada di tanah air. Rasa syukur tak terhingga karena mendapat pengalaman berharga selama menjadi pasukan perdamaian PBB tentunya sangat dirasakan.

“Sudah balik ke negara sendiri senang sekali, bisa kumpul dengan keluarga lagi,” tutup Ipda Imam.