Kisah di Balik Layar Forum Sineas Banua: Hidupkan Ekosistem Film Kalsel

Geliat perfilman di Kalimantan Selatan (Kalsel) terus mengalami perkembangan berkat tangan-tangan kreatif anak muda daerah. 

Forum Sineas Banua, komunitas yang konsern menghidupkan ekosistem film di Kalimantan Selatan. Foto-apahabar.com/Riyad

apahabar.com, BANJARMASIN - Geliat perfilman di Kalimantan Selatan (Kalsel) terus mengalami perkembangan berkat tangan-tangan kreatif anak muda daerah. 

Dari tahun ke tahun, terus bermunculan film yang mengangkat kisah lokal. Selain itu, kegiatan pemutaran layar alternatif juga rutin digelar.

Salah satu komunitas yang berkontribusi soal pengembangan perfilman daerah ini adalah Forum Sineas Banua (FSB). Mereka adalah penerima penghargaan SATU Indonesia Awards dari PT Astra Internasional Tbk pada 2018 lalu.

Dibentuk sejak Juni 2016, FSB rutin melakukan kegiatan seperti apresiasi film-film lokal lewat pemutaran layar alternatif, diskusi perkembangan film daerah, dan pemberian penghargaan kepada para sineas lewat ajang Aruh Film Kalimantan.

Teranyar, FSB meluncurkan program Pustaka FSB. Sebuah platform yang mengisi kosongnya kerja pengarsipan dan pengkajian film, yang juga jadi bagian penting dari ekosistem perfilman.

Munir Sadikin, salah satu mantan Ketua Umum FSB, mengatakan bentuk dari program ini adalah penyediaan berbagai judul buku-buku film, mulai dari sekadar katalog berbagai festival film, ensiklopedia film populer, pengetahuan praktis pembuatan film, kajian film dari berbagai sudut pandang keilmuan hingga skripsi tentang perjalanan FSB itu sendiri.

Selain itu, terdapat film-film karya sineas se-Kalimantan yang telah dikumpulkan sejak 2017 hingga sekarang melalui berbagai kegiatan apresiasi dan eksibisi seperti Ngofi (Ngobrol FIlm), Layar Film Banjar, Aruh Film Kalimantan dan beberapa kompetisi video atau film yang pernah melibatkan individu maupun keseluruhan dari Forum Sineas Banua.

“Aneka buku dan film tersebut dapat diakses melalui Sekretariat Forum Sineas Banua secara percuma sebagai upaya meningkatkan literasi film di Kalimantan Selatan,” ujar Munir.

Kata Munir, semua kerja-kerja yang dilakukan seperti gelaran diskusi dan program perpustakaan film digenjot untuk meningkatkan literasi film masyarakat.

Ketua Pertama FSB, Zainal Mutaqqin, menyampaikan, dunia perfilman di Kalsel semakin hari semakin berbenah menjadi lebih baik.

“Karena kita lihat, sudah banyak komunitas film, rumah produksi dan berbagai macam karya film yang di hasilkan,” katanya.

Ia menyebutkan, di Kalsel pun juga sering mengadakan kompetisi film hingga diskusinya. 

“Geliat perfilman di Kalsel menjadi bukti bahwa para sineas Banua memiliki potensi yang sangat besar untuk mengembangkan daerahnya melalui medium audio visual,” cetusnya.

Sementara itu, Ketua FSB saat ini, Riko mengatakan, kedepannya FSB akan dibesarkan dalam bentuk yayasan.

"Nantinya yayasan ini bisa memberikan sertifikasi untuk para pejuang film, bagaimana nantinya seni film ini, selain untuk seni, bisa juga dijadikan bisnis," ungkapnya.