Kalsel

Kisah Bisnis WO Nineteen Banjarbaru, Beranjak dari Keresahan Hingga Raih Cuan

apahabar.com, BANJARMASIN – Bisnis wedding organizer rupanya cukup menjanjikan digeluti, termasuk di Banjarbaru, Kalimantan Selatan (Kalsel)….

Salah satu garapan Nineteen WO Banjarbaru. Foto-Instagram

apahabar.com, BANJARMASIN – Bisnis wedding organizer rupanya cukup menjanjikan digeluti, termasuk di Banjarbaru, Kalimantan Selatan (Kalsel).

Belakangan di tengah pandemi Covid-19 pun calon pengantin tetap mempercayakan acara ke pelaku bisnis jasa itu.

Namun, awalnya memang penerapan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) oleh Pemkot Banjarbaru April 2020 lalu, jadi momok bagi pelaku bisnis WO.

Terutama bagi mereka yang baru memulai bisnis ini.

Itu dirasakan Tia, founder WO Nineteen Banjarbaru.

“Job pertama, tanggal 7 Maret. Waktu itu pas banget sebelum diputuskan PSBB masa pandemi,” kata dia bercerita kepada apahabar.com.

Acaranya di Botani Cafe Banjarbaru. Itu merupakan klien pertama Nineteen WO Banjarbaru.

Perasaan khawatir pasti ada, kendala pun muncul. Namun karena klien pertama itu kebetulan salah satu sahabat Tia sendiri, jadi sudah mengerti apa maunya keluarganya.

Dari persiapan hingga acara pun akhirnya dapat berjalan lancar.

Tia tidak peduli soal budget, meski terhitung minimalis, namun dari situ ia punya banyak ilmu untuk menerima job berikutnya.

“Dan yang paling bikin terharu, saat denger ucapan terima kasih dari pihak keluarga karena sudah dibantu dari sebelum hari H sampai acara selesai. Rasa lelah kami langsung hilang,” tutur Tia.

Tia sendiri awalnya jago menyanyi. Selain kerap memenani sejumlah lomba, ia kerap nyanyi di acara weeding.

Belakangan dari situ, Tia merasa resah. Sebab, seiring waktu bertambah usia, kemampuan suaranya bakal menurun.

Dari acara pernikahan ke acara pernikahan, lantas Tia melihat peluang.

Dan lagian di Banjarbaru, calon pengantin lebih memilih yang simpel. Sehingga menyerahkan sepenuhnya acara perkawinan ke WO.

Hitung-hitung budgetnya juga sama, ketika menggelar sendiri, apalagi harusnya momen bertemu keluarga, malah tidak bisa karena sibuk acara.

Nah dari situlah Tia kemudian memberanikan diri terjun sebagai pelaku bisni weeding organizer.

“Karena sering nyanyi di wedding jadinya sering jua melihat kerjaan WO, tapi yang aku lihat itu cuma eksekusi saat hari H. Prepare sebelum hari H aku belum punya ilmunya,” ujar ibu dari Aisyah, Adibah dan Amira ini.

Namun, kebetulan ada teman yang ngajak Tia jadi kru WO. “Kesempatan dong untuk belajar banyak. Akhirnya dari situ mulai belajar. Dan di Januari tahun lalu aku sama Daus temenku sepakat untuk bikin WO berdua,” cerita Tia.

Kebetulan lagi, ada teman Tia yang saat itu mempercayakan weddingnya.

Sejak beralih haluan ke bisnis WO, rupanya Tia sudah punya banyak klien.

Sebelum job pertama itu, Tia mengaku sudah punya beberapa klien yang mau masuk untuk bulan April 2020.

Tapi karena pandemi, hanya ada 1 klien yang tetap mau akad nikahnya dilaksanakan.

Walau pun saat itu, terang Tia, aturan dari pemerintah hanya memperbolehkan tamu yang hadir dipernikahan cuma 10 orang.

Akhirnya Tia memutuskan kru yang terlibat cuma 2 orang. Acara dilaksanakan di rumah mempelai, didekor secantik mungkin sama persis seperti di dalam hotel.

Yang hadir hanya penghulu dan keluarga inti mempelai. Saat itu tanggal 18 april 2020.

“Itu baru awal-awal banget pandemi. Acara berlangsung sambil tutup pintu karena takut jadi sorotan,” ujar Tia.

PSBB Banjarbaru berlangsung hingga Juni. Nah sejak itu mulai ada kabar baik bagi pelaku bisnis WO.

Bahwa boleh dilakuan akad nikah dengan kapasitas tamu yang hadir hanya 30 orang.

Ditambah lagi saat itu karena akad nikah banyak yang tertunda dan vendor wedding pada banting harga, sehingga Tia pun ketiban banyak job.

Bisnis WO pun mulai menggeliat, meski Tia harus bikin paketan akad nikah cuma Rp 24,5 juta sudah all in.

“(Namun) Akhirnya banyak pasangan yang justru memanfaatkan paketan hemat itu,” beber Tia.

Tia bersyukur sejak PSBB berakhir sampai akhir Desember 2020, ada sekitar 30 an wedding sudah dilaksanakan.

Tia nampak lebih bijak. Ia enggan terpuruk di kala pandemi sekarang. Dan berupaya mengambil hikmah.

“Pandemi ini bisa dikatakan membawa berkah buat WO. Karena wedding rata2 dianjurkan untuk menggunakan WO agar protokol kesehatan tetap bisa diterapkan,” kata Tia.

Pada November sampai Desember sempat berlaku peraturan bahwa untuk mengadakan acara yang mengumpulkn keramaian harus ada surat izin dari tim Satgas Banjarbaru.

Tim satgas biasanya melakukan wawancara dulu seputar prokes yang diterapkan dan jumlah undangan.

Bila memang memenuhi syarat baru izin dikeluarkan. Pada saat hari H, akan ada petugas yang datang untuk memastikan apakah sudah sesuai dengan persyaratan yang diajukan pada saat pengajuan izin ke tim Satgas.

Menurut Tia, WO tidak harus terdaftar sebagai badan usaha. “Tapi kita terkumpul di satu komunitas, Wedding Organizer Banua. Yang anggotanya WO Banua, bahkan dari Kalteng juga ada yg sudah bergabung,” jelas Tia.

Terkait keluhan klien pasti, tapi itu semua kata Tia tidak menyangkut hal penting dalam acara.

Biasanya langsung dibicarakan dan dikasih jalan keluarnya. “Intinya selama ada kordinasi antara pihak WO dan klien, insya Allah akan aman,” tegas Tia.

Tia, founder Nineteen wedding organizert Banjarbaru

Tia pun coba memberikan pengalaman bagi yang mau menggeluti bisnis ini.

“Yang pertama benar pengalaman, terus hubungan baik ke vendor-vendor wedding. Kalau modal, menurut ku tidak banyak, kerana WO ini bergerak di bidang jasa. Bikin kerjasama antar vendor misal dekor, MUA, foto dll. Kalo modal pribadi paling kaya seragam, sama kru yang solid,” beber Tia.

Prokes yang wajib untuk acara Wedding :

– Mencuci tangan sebelum masuk ke area venue acara.

– Pengecekan suhu tubuh di pintu masuk. Suhu tubuh di atas 37,5 dilarang masuk ke area venue.

– Selalu menggunakan masker. Masker boleh dilepaskan hanya pada saat berfoto dan makan.

– Bersalaman hanya dengan namaste saja.– Biasanya ada minilevel tambahan di bawah pelaminan. Sehingga tamu undangan tidak naik ke pelaminan.

– Selalu menjaga jarak dan dilarang bergerombol.

– Tim foto dan kru WO tidak diperbolehkan menerima bantuan foto melalui HP.

– Kapasitas tamu undangan hanya 50% dr kapasitas venue. Dan harus diberlakukan shifting atau pembagian jam tamu undangan.