Kinerja PUPR Banjarmasin Disorot, Dewan; Oprit Jembatan Gerilya Turun

Kinerja Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Banjarmasin disorot. Pasalnya, oprit Jembatan Gerilya, Banjarmasin Selatan, mengalami penurunan.

Dewan menyoroti kinerja PUPR Banjarmasin terkait oprit Jembatan Gerilya Banjarmasin yang mengalami penurunan. Foto: apahabar.com/Riyad.

apahabar.com, BANJARMASIN - Kinerja Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Banjarmasin disorot. Pasalnya, oprit Jembatan Gerilya, Banjarmasin Selatan, mengalami penurunan.

Menurut Wakil Ketua Komisi III DPRD Banjarmasin, Afrizaldi, masalah oprit ini bukan hanya terjadi pada Jembatan Gerilya saja. Tapi sebagian besar jembatan di Banjarmasin juga mengalami hal serupa.

Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) itu menilai, turunnya oprit Jembatan Gerilya, itu harus jadi catatan PUPR Banjarmasin dalam menjaga kenyamanan dan keselamatan warga.

Jembatan Gerilya sendiri merupakan akses vital, penghubung Jalan Kelayan A dan Jalan Gerilya, Kecamatan Banjarmasin Selatan.

Menurut informasi didapat Afrizal, penurunan oprit disebabkan kondisi tanah rawa yang labil, dan tidak hanya terjadi di Jembatan Gerilya saja. 

"Masalah yang terjadi pada beberapa jembatan di Banjarmasin ini selalu sama. Pasti penurunan oprit," tekan Afrizal, Selasa (8/11).

Di samping itu, Afrizal mengkhawatirkan, kalau penurunan oprit bakal menimbulkan korban jiwa akibat perubahab posisi landasan jembatan yang menurun.

Dia lantas berharap agar Dinas PUPR Banjarmasin secara profesional serta harus terus melakukan pengkajian, khususnya dalam setiap pelaksanaan pembangunan jembatan agar kejadian serupa tidak kembali terulang.

"Supaya dalam perencanaan atau pengerjaan ke depan harus matang dan jangan sampai permasalahan oprit ini terulang lagi," tegasnya.

Afrizal bilang, jika permasalahan terus berulang, maka mengindikasikan kalau Dinas PUPR Banjarmasin tidak pernah belajar dengan kejadian yang sudah ada.

Menurutnya, Pemko Banjarmasin dalam hal ini Dinas PUPR mestinya bisa duduk bersama dengan para pakar, ahli dan akademisi untuk membahas solusi bagaimana menghadapi kondisi tekstur tanah di Banjarmasin yang labil ini.

Tujuannya agar dalam setiap perencanaan pembangunan jembatan hasilnya lebih terukur, matang dan tidak ada lagi terjadi permasalahan pada bagian oprit.

"Sehingga kualitas jembatan yang dibangun bisa sesuai dengan yang diharapkan. Jangan sampai proyek pembangunan yang dikerjakan hanya berdasar atas kepentingan tertentu saja," ungkapmya.

Ia pun lantas mencontohkan curamnya lantai oprit di Jembatan Bromo, Kelurahan Mantuil, Kecamatan Banjarmasin Selatan yang banyak dikeluhkan warga.

"Ini jadi salah satu tanda bahwa perencanaan dan kajian dalam suatu pembangunan tidak dilakukan secara benar-benar baik sesuai dengan kebutuhan, keselamatan serta kondisi alam di Banjarmasin," paparnya.

Disamping itu, Afrizal juga memberi penekanan kepada kontraktor pelaksana yang menjalankan proyek pembangunan agar betul-betul mencerna Detail Engineering Design (DED) yang diinginkan.

Karena itulah, ia berharap pihak Pemerintah Kota wajib hukumnya menyeleksi kontraktor yang ikut lelang proyek pembangunan.Pemilihan kontraktor pemenang harus disesuaikan dengan bidang yang mereka kuasai.

"Jangan sampai kontraktor yang menang dan terpilih untuk menjalankan pembangunan malah tidak menguasai alias tidak berpengalaman di bidang yang dijalankannya," tekannya.

Kendati demikian, Afrizal menilai, kunci dari kualitas sebuah perencanaan pembangunan itu semuanya ada di tangan PUPR dan Bapedalitbang.

"Karena jika kedua SKPD tersebut melakukan pengkajian secara benar, maka DED yang dihasilkan pun juga akan bagus dan sesuai perencanaan," tandasnya.

Di sisi lain, Afrizal mengapresiasi pihak PUPR yang cepat merespon keluhan warga mengenai kondisi oprit Jembatan Gerilya yang mengalami penurunan.

Untuk diketahui, sebelum terjadi pada Jembatan Gerilya, penurunan oprit juga sempat terjadi pada Jembatan Patih Masih HKSN Banjarmasin.

Baca Juga: Dewan Soroti 2 Proyek Dinas PUPR Banjarmasin, Ada Apa?