Kinerja Ekspor Indonesia Dipengaruhi Perlambatan Ekonomi AS dan China

Centre of Reform on Economics (CORE) menilai perlambatan ekonomi dari Amerika Serikat dan China berimbas pada kinerja ekspor Indonesia pada 2024.

Foto ilustrasi aktivitas ekspor-impor. Foto: Shutterstock

apahabar.com, JAKARTA - Centre of Reform on Economics (CORE) menilai perlambatan ekonomi dari Amerika Serikat dan China berimbas pada kinerja ekspor Indonesia pada 2024.

Pasalnya, Amerika Serikat dan China selama ini merupakan pasar ekspor terbesar Indonesia. Pelemahan yang terjadi di kedua negara tersebut memberikan dampak pada permintaan komoditas di Indonesia.

"Di akhir 2022 ada gelombang PHK terutama di tekstil, ini tidak lepas dari kondisi di Amerika setelah inflasi naik luar biasa. Masalahnya industri tekstil dan tekstil ini pasar ekspornya adalah Amerika sehingga kontraksi pada Amerika saja bisa berdampak pada PHK," kata Direktur Eksekutif CORE, Muhammad Faisal seperti dilansir Antara dikutip Jumat (24/11).

Baca Juga: Permintaan Domestik Pulih: Awas! Kinerja Ekspor masih Lesu

Baca Juga: Perekonomian Global Belum Pulih, Picu Kinerja Ekspor-Impor Lesu

Faisal menerangkan, ekonomi Amerika Serikat diproyeksikan hanya tumbuh 1,5 persen pada 2024. Hal ini dikarenakan terjadi perlambatan konsumsi masyarakat Amerika Serikat.

Terlebih, The Fed juga masih bersikeras mencapai target meredam inflasi hingga 2 persen.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi China juga diprediksi melambat pada 2024 karena melemahnya permintaan domestik setelah kebijakan zero COVID-19 di akhir 2022 dicabut.

Baca Juga: Deforestasi Bayangi Lesunya Investasi di IKN

Baca Juga: China Saling Tunggu dengan Negara Lain soal Investasi di IKN

Selain itu, krisis di sektor properti juga dinilai berkontribusi terhadap 25-30 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Menurut Faisal, perlambatan ini berdampak lebih besar dibandingkan dengan Amerika Serikat.

Namun demikian, Faisal mengatakan, sejak Indonesia menerapkan kebijakan hilirisasi, ekspor ke China mengalami peningkatan yang signifikan, terutama untuk produk-produk turunan nikel.

"Share ekspor ke China luar biasa tinggi, ini bagus tapi hati-hati dengan masalah ketergantungan ke China. Kita harus diversifikasi ke negara-negara lain," jelasnya.