Kalsel

Ketua DPRD Banjar HM Rofiqi Enggan Divaksin Sinovak, Ini Alasannya

apahabar.com, MARTAPURA – Ketua DPRD Kabupaten Banjar, H Muhammad Rofiqi enggan divaksin Covid-19 merk Sinovac dari…

Ketua DPRD Kabupaten Banjar, H Muhammad Rofiqi menyatakan tidak mau divaksin dengan vaksin buatan China, Sinovac, jika belum teruji efektif, Rabu (6/1). Foto-apahabar.com/HendraLianor

apahabar.com, MARTAPURA - Ketua DPRD Kabupaten Banjar, H Muhammad Rofiqi enggan divaksin Covid-19 merk Sinovac dari China.

Dia beralasan vaksin tersebut belum selesai uji klinis tahap tiga. Rofiqi pun meragukan efektivitasnya.

"Apakah nanti saya siap divaksin? Saya kira dengan jumlah vaksin seperti itu dan yang dipakai adalah Sinovac, saya secara pribadi tidak mau," tegas Rofiqi usai Rapat Paripurna di DPRD Banjar, Rabu (6/1).

Saat ini Kabupaten Banjar mendapat 34 ribu vaksin untuk 17 ribu orang; satu orang mendapat dua dosis, dan yang diutamakan tenaga medis.

"Jangan sampai misalkan vaksin yang berguna untuk melindungi kita kemudian tidak jelas manfaatnya. Ini kan sudah ada yang jelas tuh dari Amerika vaksin Frizer, itu 95 persen efektif melindungi," kata Ketua Partai Gerindra Banjar itu.

Juga vaksin AstraZeneca, Rofiqi menyebut sudah selesai uji klinis tahap tiga.

"Sampai saat ini, kalau tidak salah, uji klinis prodak Sinovac tahap tiga di Bandung belum keluar hasilnya. Bahkan China itu membeli vaksin prodak Amerika lho (Frizer), sama punya Ingris AstraZeneka," terang Rofiqi.

"Jadi nanti kalau di sini Forkopimda divaksin, saya kalau merk yang lain yang sudah selesai uji klinis tahap tiganya, oke! Lagian kalau dicek di PeduliLindungi.id itu nama saya tidak ada. Memang, yang divaksin pertama itu tenaga kesehatan," sambungnya lagi.

Rorifi memberikan opsi yakni pemerintah harus membuka kran untuk rumah sakit swasta agar bisa melakukan vaksinasi secara mandiri.

Dia mencontohkan orang yang tidak mau divaksin dengan prodak Sinovac bisa bayar sendiri untuk vaksin prodak lain.

"Makanya buka saja krannya untuk rumah sakit - rumah sakit swasta yang berbayar, jadi kita bisa pilih kualitas. Kan hak asasi manusia kita untuk memilih pengobatan, kita tidak boleh dipaksa harus A harus B," tandasnya.

Namun, jika nanti vaksin Sinovac benar-benar teruji ampuh, Rofiqi menyatakan siap divaksin dengan Sinovak.

"Kalau ada bukti ilmiah yang menyatakan vaksin ini melindungi kita, tidak usah lah 95 persen seperti prodaknya Barat, 60 sampai 70 persen saja kita sudah siap. Kalau tidak salah, uji klinis (Sinovac) di Brazil itu hanya 50 persen," pungkas Rofiqi.