pilpres 2024

[OPINI] Ketika Anies Terjebak Stigma ‘Pemain’ Politik Identitas

Stigma sebagai pemain 'politik identitas' melekat kuat pada diri Anies Baswedan, kini menjelang pilpres 2024 Anies berusaha untuk menghapus stigma tersebut

Anies Baswedan menyalami pendukungnya pada deklarasi relawan IndonesiAnies rabu 2/11 di JCC Senayan Jakarta (Foto: Apahabar-BS)

apahabar.com Jakarta - Ribuan orang berkumpul di ruang konvensi Cendrawasih, JCC, Jakarta, Rabu (2/11/2022). Mayoritas mereka berasal dari kawasan Jabodetabek. Mereka berkumpul untuk menyatakan dukungan kepada Anies Baswedan sebagai calon presiden pada pilpres 2024.

Ada pemandangan berbeda dalam acara bertajuk Indonesianies itu. Tidak seperti pada kelompok pendukung Anies pada Pilgub DKI Jakarta yang didominasi oleh kelompok islam kanan.

Pada acara deklarasi yang digagas oleh politisi Partai Nasdem Muhammad Ali dan Andri Alimuddin tersebut mereka yang hadir terdiri dari berbagai kalangan.

Baca Juga: IndonesiAnies, Relawan dari Berbagai Profesi

Bahkan acara pagelaran budaya yang ditampilkan pada acara deklarasi tersebut menampilkan kebudayaan Tionghoa, Barongsai. Para penampil pun adalah mereka yang berasal dari keturunan Tionghoa.

Tentunya tampilan simbol budaya Tionghoa tidak serta merta dihadirkan tanpa ada maksud tertentu. Jika melihat latar Anies yang selalu diidentikkan dengan Islam kanan maka upaya tersebut salah satu cara menarik citra Anies ke aliran tengah.

Baik simbol agama maupun simbol budaya, telah memainkan peranan penting dalam sebuah kampanye politik. Ia telah menjadi unsur senjata untuk melumpuhkan lawan sekaligus melakukan adaptasi dengan khalayak.

Demikian pula dengan Anies, menggunakan instrument-instrumen kebudayaan Tionghoa untuk mencitrakan dirinya sebagai tokoh pluralis.

Mengapa Harus Menghapus Stigma Politik Identitas


Stigma sebagai "pemain politik identitas" pada Anies Baswedan begitu sangat melekat seperti rasa pedas pada cabe.

Meski Anies sendiri tidak pernah secara eksplisit bertindak atau berkata kata yang akan menggambar dirinya sebagai bapak politik identitas.

Baca Juga: Gema Teriakan ‘Presiden’ dari Relawan, Sambut Kedatangan Anies

Namun, sikap Anies yang cenderung membiarkan bahkan menikmati ketika pendukungnya memainkankan politik identitas. Padahal sebelum pilgub DKI Jakarta pada 2017 silam, Anies jutru dikenal sebagai salah satu tokoh islam moderat.

Jelang menyelesaikan jabatannya sebagai orang nomor 1 DKI Jakarta, Anies Baswedan gencar sowan ke berbagai kelompok, terutama kelompk minoritas. Semua itu tidak lepas dari upaya Anies untuk melepaskan diri dari stigma politik identitas.

Anies menyadari ia harus menggeser dirinya ke "tengah," mengingat kontestasi politik nasional berbeda dengan Pilkada.