Tak Berkategori

Kesultanan Banjar Menjadi ‘Bagian’ Khilafah Islamiyah di Turki

apahabar.com, BANJARMASIN – Sultan Suriansyah sebagai penguasa di Kesultanan Banjar tidak menganggap dirinya sebagai Sultan yang…

Ilustrasi.Foto-turkishculture.org

apahabar.com, BANJARMASIN – Sultan Suriansyah sebagai penguasa di Kesultanan Banjar tidak menganggap dirinya sebagai Sultan yang terpisah dari kesultanan lain di Nusantara dan Kekhilafahan di dunia Islam.

Menurut Sultan Khairul Saleh (Sultan Banjar saat ini), Sultan Suriansyah pernah berkunjung ke Istanbul Turki. Kemungkinan besar hal itu dilakukan sebagai ungkapan terima kasih karena Khilafah Islamiyah terakhir yang berpusat di Turki ini.

Melalui Syarif Makkah telah menganugrahkan dan merestui gelar Sultan untuknya. Ada riwayat dalam Hikayat Banjar bahwa pada tahun 1520-an ada orang Arab datang ke Bandarmasih (Banjarmasin) untuk menganugrahkan gelar Sultan pada Sultan Suriansyah.

Nama atau gelar yang disematkan adalah Suryanullah. Riwayat ini nampaknya perlu dikaji ulang karena berdasar ulasan di atas bahwa masuk Islamnya Sultan Suriansyah pada tahun 1526, mungkinkah pada tahun 1520 sudah mendapat gelar Sultan?

Pada masa kejayaan khilafah Islamiyah di Turki, umumnya para Sultan di Nusantara menganggap Kekhilafahan Islam di Turki sebagai payung/pemimpin puncak/imamah 'uzhma. Termasuk Kesultanan Aceh di Sumatera dan Kesultanan Demak di Jawa.

Baca Juga:Kesultanan Banjar, Makmur dan Sejahtera dengan Syariat Islam

Hubungan para Sultan di Jawa dengan Turki tidak hanya hubungan dakwah dengan pengiriman juru dakwah yang dikenal dengan Wali Songo, namun juga hubungan politik.

Menurut Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam sambutannya pada Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VI, 9 Februari 2017 di Yogyakarta, Sultan Turki meresmikan Kesultanan Demak pada tahun 1479 sebagai perwakilan Khilafah Ustmani di tanah Jawa dengan gelar Khalifatullah ing tanah jawi. Peresmian ditandai dengan penyerahan bendera hijau bertuliskan kalimat Tauhid.

Sultan Suriansyah sendiri menganggap negaranya sebagai bagian dari persekutuan Kesultanan Islam dunia. Karena itu Sultan Suriansyah berkunjung ke Istanbul. Menurut Sultan Khairul Saleh perjalanan Sultan Suriansyah ke Istanbul sekaligus menunaikan ibadah haji di Haramain.

Di masa kepemimpinan Sultan Suriansyah atau Kesultanan Islam Banjar (1526-1546), memang saat itu Khilafah Islamiyah di Turki sedang berada pada puncak kejayaannya, yakni saat dipimpin oleh Sultan Sulaiman al Qanuni (1520-1566).

Baca Juga:Dakwah Melalui Institusi Negara Kerajaan Banjar

Istilah Syaikh Dr Ali Muhammad Ash Shalabi Khilafah Utsmaniyah adalah representasi dari puncak piramida kekuatan dan kekuasaan Utsmani dan puncak posisinya di tengah kekuatan dunia saat itu.

Peranan dan Pengaruh Kekhilafahan Islam di Turki sangat terasa dalam hal pengamanan jalur atau rute ibadah haji dari Nusantara ke Haramain yang melalui selat Malaka, pengiriman tentara ke Aceh untuk membantu Kesultanan Islam di Sumatra untuk mengusir Portugis, hingga pengangkatan atau penganugerahan gelar Sultan pada para Sultan di Nusantara.

Pihak yang melakukan upacara penganugerahan adalah Syarif Makkah. Posisi Makkah adalah kewalian (wilayah setingkat provinsi), dan posisi kesultanan Islam Nusantara sebagai ke'amilan (wilayah setingkat kabupaten). Maka jadilah Kesultanan Islam bagian dari Khilafah Islamiyah pada masa itu.

Baca Juga:Rekam Jejak Sultan Suriansyah, Dibuang Ke Sungai sampai Perang Saudara

Baca Juga:Catatan Bedah Buku Sultan Suriansyah, Pioneer Dakwah Islam di Tanah Banjar

Reporter: Muhammad Robby
Editor: Aprianoor