Kesaksian Orang Tua Usai Anaknya Diduga Alami Kekerasan Oknum Guru PAUD di Banjarmasin

Dugaan kekerasan terjadi pada seorang anak yang bersekolah di salah satu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Kota Banjarmasin.

RK dan AD saat menunjukan hasil rontgen anak mereka. Foto: apahabar.com/Riyad

apahabar.com, BANJARMASIN - Dugaan kekerasan terjadi pada seorang anak yang bersekolah di salah satu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Kota Banjarmasin.

Peristiwa itu bermula pada Rabu, 1 Maret 2023, saat RK (32) menjemput anak lelakinya pulang sekolah PAUD di Kelurahan Teluk Dalam, Banjarmasin Tengah, mendapatinya menangis sejadi-jadinya. 

RK pun menanyakan perihal sebab anaknya yang masih berusia 4 tahun itu menangis, kepada guru-guru yang ada di PAUD tersebut.

"Saya tanya, kenapa kok anak saya menangis?" cerita RK didampingi suaminya AD saat ditemui di kediamannya, Selasa (30/5).

Guru yang ada di sana menjawab, kalau anak RK terjatuh, tapi tidak ada satu pun orang yang melihat.

Pada saat itu, AD sebenarnya sempat meminta pihak PAUD untuk menunjukan bukti CCTV, tapi mereka bilang tidak ada kamera di sana.

RK dan AD pun pulang membawa anak mereka. Tapi pada hari yang sama, beberapa orang dari sekolah, termasuk ketua yayasan kemudian datang ke rumah mereka.

Mereka menjelaskan, kalau anak RK dan AD jatuh saat mencoba menaiki punggung seorang guru yang sedang duduk.

"Katanya saat hendak ingin minta gendong di belakang, tapi si guru tidak siap, maka terjatuh," ujar AD.

Baca Juga: Pengamat Hukum Kutuk Aksi Dugaan Penganiayaan Siswa PAUD di Banjarmasin

Dari penjelasan itu, RK dan AD awalnya percaya-percaya saja. Mereka kemudian tidak mempermasalahkan.

Saat itu, yang ada di pikiran mereka hanya fokus terhadap penyembuhan bahu anaknya yang awalnya hanya diduga keseleo.

"Kami percaya saja, karena kebetulan ketua yayasannya berteman dengan saya," ungkap AD.

Sejak kejadian itu, RK dan AD pun tidak lagi mengantarkan anak mereka sekolah, sebab untuk fokus berobat.

Berbulan lamanya, kondisi anak mereka tak kunjung membaik. "Dia yang awalnya aktif, kok jadi lemes. Waktu jalan juga bahunya miring ke kiri," sebut AD.

Hingga satu waktu mereka membawa anaknya ke salah satu tukang urut di wilayah Amuntai, Hulu Sungai Tengah.

"Kami bawa ke sana karena katanya bagus. Itu juga tidak untuk diurut," jelas RK lagi.

Saat sampai di sana, si tukang urut kemudian mencoba untuk memegang wilayah tubuh anak RK yang sakit. "Kata beliau, ini ada tulang yang patah," beber AD.

Mereka terkejut. Sesampainya di Banjarmasin, RK dan AD langsung merontgen kondisi tulang anak mereka. Rupanya benar jika terdapat tulang yang patah.

Akibat hal itu, RK dan AD pun memutuskan untuk memindahkan anak mereka dari PAUD tersebut.

Namun, pihak PAUD disebut mempersulit proses untuk hanya sekadar memberi surat pindah.

Pada Jumat pagi, 26 Mei 2023, setelah Salat Subuh, RK pun berkeluh kesah kepada seseorang. "Saya curhat, kok susah sekali mau pindah saja," bebernya.

Seseorang ini lah yang kemudian menceritakan kepada RK, kejadian sebenarnya yang menimpa anak mereka.

Menurut orang ini, anak RK bukanlah jatuh. Melainkan tangannya ditarik dengan begitu kerasnya.

"Kata saksi ini, anak saya itu tangan kirinya bertopang ke bahu si oknum guru, sedang tangan kananya memegang botol susu. Tiba-tiba si oknum guru bertanya, siapa ini? Ada yang menjawab jika itu dengan nama anak saya. Sejurus itu pula, katanya, tiba-tiba anak tangan saya ditarik begitu keras," lirih RK.

Singkat cerita, setelah mengetahui itu, RK pun kecewa berat dengan pihak sekolah. RK menyoal kenapa pihak sekolah tidak menyampaikan yang sebenarnya terjadi, malah justru terkesan menutupi. Terlebih, pada dasarnya, ketua yayasan di sana merupakan teman dari suaminya.

"Kekecewaan kami juga, kenapa si oknum guru hingga kini masih bekerja," ungkapnya.

Bentuk kekecewaan RK, dia pun membuat unggahan di akun Instagram miliknya beberapa hari yang lalu. 

Selain itu, pada Senin (29/5), RK turut membuat laporan resmi ke pihak Unit PPA Polda Kalimantan Selatan.

"Semoga si oknum bisa diadili, sehingga tidak menimbulkan korban-korban lainnya," tandas RK.

Sementara itu, saat coba dikonfirmasi, pihak sekolah memilih untuk tidak memberikan keterangan dengan alasan mereka masih menunggu proses mediasi.

Baca Juga: Menelusuri Lokasi Dugaan Penganiayaan Siswa PAUD di Banjarmasin