Nasional

Kerusakan yang Memilukan Akibat Tsunami

apahabar.com, LAMPUNG – Tsunami di Selat Sunda yang diduga kuat diakibatkan longsoran Anak Gunung Krakatau, telah…

Warga mulai memberanikan diri kembali ke rumah mereka yang telah rusak akibat diterjang tsunami di wilayah pesisir pantai Selat Sunda, Senin (24/12/2018). Foto-detik.com

apahabar.com, LAMPUNG – Tsunami di Selat Sunda yang diduga kuat diakibatkan longsoran Anak Gunung Krakatau, telah mengakibatkan kerusakan yang memilukan di pesisir pantai Banten maupun Lampung.

Menelusuri satu persatu desa di pesisir pantai Kalianda Kabupaten Lampung Selatan, sangat memprihatinkan, di mana beberapa lokasi pariwisata terkenal kini hancur berantakan setelah dihantam gelombang tinggi tsunami. Pemandangan lain pasca-tsunami itu adalah banyak warga turun ke jalan untuk mengumpulkan dana bagi masyarakat yang tertimpa bencana.

Misalnya di Desa Dermaga Bom, kondisi wilayah pesisir pantai desa itu sebenarnya tidak terlalu parah meski gelombang tinggi menghancurkan beberapa rumah dan merendam puluhan rumah warga sekitar, serta menghancurkan ratusan kapal nelayan di sana.

Baca Juga:Abu Vulkanik Hujani Cilegon, Warga Diimbau Pakai Masker

Berlanjut ke desa-desa yang terdampak langsung tsunami, di mana di jalan-jalan yang menuju ke sana terdapat banyak posko bantuan dari pemerintah maupun relawan. Desa paling parah di Desa Kunjir dan Way Mulih Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan tampak menyedihkan.

Terlihat rumah-rumah warga hancur, hampir semua rumah rata dengan tanah dan hanya menyisakan puing-puing bangunan.

Selain itu bangunan-bangunan seperti sekolah yang berada di sana juga rusak berantakan akibat tsunami yang terjadi pada sabtu malam.

Ada pula ratusan kapal dan beberapa kendaraan roda dua dan roda empat rusak tersapu air laut hingga beberapa ratus meter ke permukaan air laut.

Namun, kini di Desa Kunjir dan Way Mulih sudah banyak bantuan dari relawan, termasuk relawan yang mengevakuasi korban dari reruntuhan. Unsur TNI-Polri dan Polisi Pamong Praja juga ikut membantu warga setempat.

Ada juga beberapa alat berat yang sudah berada di lokasi untuk membersihkan puing-puing rumah yang hancur akibat hantaman tsunami tersebut.

Selain itu, sedikitnya tujuh objek wisata pantai di Desa Merak Belantung, Kecamatan Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan ditutup sementara pascatsunami Selat Sunda yang melanda wilayah Lampung dan Banten.

Berdasarkan pantauan di Merak Belantung, Rabu (26/12/2018), ada puluhan area wisata pantai dan beberapa kawasan wisata alam lainnya yang tutup untuk sementara.

Di antaranya Pantai Krakatau, Pantai Beo, Pantai Sampenan, Marina, Embe (Merak Belantung), Tapak Kera, dan lainya.

Kawasan wisata hutan bakau di wilayah itu juga tutup total dan tidak berpenghuni.

Dari beberapa wilayah pantai yang terdampak langsung oleh tsunami seperti Pantai Embe (Merak Belantung) termasuk yang mengalami rusak parah akibat terjangan tsunami.

Beberapa pondok di pinggir laut hancur hingga terbawa ke tepi jalan serta kapal-kapal juga terbawa ke pinggir jalan.

Menurut keteranagan Rizal, seorang warga setempat, air ketika itu tinggi dan menyambar serta merusak fasilitas beberapa kawasan wisata pantai yang ada.

Trauma tsunami Trauma tsunami kini melanda sebagian besar masyarakat di pesisir pantai. Misalnya, warga Dusun Merak Belantung, Kecamatan Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan, akan segera mengungsi ke dataran tinggi pegunungan setempat jika mendengar kabar bahwa air laut naik.

“Saya dengar kabar dari anak dan famili saya di wilayah Gayam bahwa di Kalianda airnya naik. Makanya mereka langsung mengungsi ke dataran tinggi (gunung),” kata salah satu warga, Khodijah seperti dilansir dari Antara.

Berdasarkan pantauan di lokasi, terlihat di sepanjang Jalan Pariwisata, Dusun Merak Belantung warga berlalu lalang sedikit demi sedikit bolak-balik mengantar dan menjemput anak istrinya dan mengangkut barang-barang yang bisa dibawanya menggunakan sepeda motor.

Dalam kondisi tersebut, Khodijah bersama anaknya juga bergegas ingin menyusul warga lainnya mengungsi ke dataran tinggi. Meskipun dalam kondisi jauh dari perairan laut Merak Belantung. Ia mengaku tidak mau mengambil resiko.

“Saya juga mau mengungsi, biasanya warga di sini mengungsi di gunung sekitar satu jam dari lokasi pemukiman,” kata dia.

Sejumlah rumah yang berada di sepanjang Jalan Pariwisata, Desa Merak Belantung terlihat sepi dan pintu dalam keadaan tertutup. Sama sekali tidak terlihat aktivitas di lokasi maupun terlihat anak-anak yang bermain di halaman rumah.

Di lokasi terlihat juga warung nasi maupun warung kelontong yang berada di depan rumah dalam keadaan tertutup. Sementara jumlah korban meninggal dan luka masih berpeluang bertambah seiring dengan digencarkannya pencarian dan penyelamatan para korban tsunami.

Kepolisian Daerah Lampung mengatakan bahwa jumlah korban meninggal akibat tsunami Selat Sunda mencapai 110 orang.

Kini para relawan berlomba membantu masyarakat seperti membersihkan puing-puing reruntuhan tanpa rasa khawatir sedikit pun.

Sementara itu, pemerintah juga bertindak cepat membantu masyarakat, seperti menyalurkan bantuan makanan, obat-obatan dan kebutuhan lainnya, dan meningkatkan upaya pencarian dan penyelamatan korban.

Gubernur Lampung M Ridho Ficardo mengatakan bahwa pihaknya telah berkordinasi dengan Menteri PUPR dan Bupati Lampung Selatan untuk melakukan perbaikan dan pembangunan rumah bagi masyarakat yang kediamannya hancur terkena terjangan tsunami pada Sabtu (22/12) malam.

“Begitu banyak masyarakat kita yang terkena musibah, yang rumahnya rata dengan tanah. Mereka sedih, menangis, karena harta bendanya sudah hilang semua, rumahnya rata dengan tanah,” kata Gubernur.

Untuk itu, sesegera mungkin akan dilakukan rehabilitasi area pemukiman. Lokasi alternatif permukiman warga adalah area yang tidak jauh dari mata pencaharian masyarakat sebagai nelayan.

Baca Juga:14 Tahun Menanti, Taufik Akhirnya Temukan Jenazah Istri yang Jadi Korban Tsunami Aceh

Sumber : Antara
Editor : Aprianoor