PLTSa Surakarta

Kendala PLTSa Putri Cempo Solo, Moeldoko: Oktober Kita Selesaikan

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menemukan kendala saat mengecek kesiapan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Putri Cempo di Kota Solo.

KSP Moeldoko saat meninjau kesiapan PLTSa Putri Cempo, Sabtu, (15/7). Foto : humas Pemkot Solo

apahabar.com, JAKARTA - Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko menemukan beberapa kendala saat mengecek kesiapan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Putri Cempo di Kota Solo, Sabtu, (15/7).

Menurutnya, kendala pertama yang ditemui adalah PLTSa tersebut belum lolos uji Sertifikasi Layak Operasi (SLO) dikarenakan ada persoalan teknikal. Di antaranya bagaimana mensikronkan antara aturan KLHK yang lebih mengarah pada pembakaran, sementara PLTSa tidak menggunakan proses pembakaran.

"Tapi disini sampahnya diseleksi dihancurin, ada proses kimia. Terus menghasilkan gas dan diproses keluarlah listrik. Ini perlu ada sinkronisasi melalui kantor staff presiden. Ini bottle neck dibidang kebijakan, harus ada satu solusi," terang Moeldoko.

Baca Juga: Pembangunan PLTSa Surakarta, Moeldoko Bantu Cari Solusi

Kendala kedua adalah masih diperlukannya tambahan lahan seluas 2 hektar. Namun saat ini baru terpenuhi sekitar 1,5 hektar.

"Sebenarnya hanya perlu luas, lahannya sudah ada. Tinggal proses bagaimana memindahkan sampah-sampah itu. Tapi disisi lain memang perlu ada akses in-out kendaraan. Agar lebih tertib dan aman maka perlu ada pelebaran," ujarnya.

Menanggapi persoalan tersebut, Moeldoko menjanjikan untuk mengkomunikasikan hal tersebut dengan pihak terkait, yakni Menteri PUPR, KLHK dan juga Menteri ESDM.

Baca Juga: Sampah Menumpuk di Hutan Mangrove, Bersih-Bersih Pakai Eskavator

"Sebenarnya ini sudah 97,5% tinggal sedikit aja. Tapi ini perlu saya sinkronkan di KSP. Oktober, secepatnya lah kita selesaikan," tandasnya.

Sebagai informasi, Pemerintah Kota Surakarta telah menetapkan PT Solo Citra Metro Plasma Power (SCMPP) sebagai investor PLTSa Surakarta. Pengolahan sampah menjadi sumber energi listrik tersebut akan menghasilkan listrik sebesar lima megawatt (5 MW), dengan menggunakan teknologi ramah lingkungan.

Pengoperasian PLTSa menggunakan teknologi gasifikasi, yakni tanpa cerobong asap hasil pembakaran, sehingga tidak ada emisi, baik dioksin maupun furan.