Alat Pendeteksi Kebohongan

Kenali Teknologi Lie Detector, Musuh Alami Para Pembohong

Berbohong sudah menjadi suatu kebiasaan seorang manusia. Ungkapan penuh dusta yang terucap dari mulut seorang sering kali merupakan sebuah kebohongan.

Teknologi Lie Detector yang dapat mengungkap kebohongan seseorang. (Foto: dok. Freepik)

apahabar.com, JAKARTA -Berbohong sudah menjadi suatu kebiasaan buruk seorang manusia. Baik untuk hal sepele maupun hal besar, ungkapan penuh dusta yang terucap dari mulut seseorang tak sepenuhnya bisa dipercaya.

Untuk itu, terciptalah sebuah teknologi lie detector atau alat pendeteksi kebohongan. Terdapat beragam sebutan untuk alat pengungkap kebohongan yakni mulai dari lie detector atau poligraf.

Alat pendeteksi kebohongan atau poligraf juga menjadi sahabat Polri kala menguak sebuah kasus. Seperti contoh penggunaan alat tersebut pada kasus dugaan pembunuhan berencana Brigadir J alias Nopriansyah Yoshua Hutabarat.

Cara Kerja Lie Detector

Cara kerja alat pendeteksi kebohongan ini sebenarnya sederhana, yakni memantau perubahan yang terjadi pada tubuh seseorang saat ia memberikan keterangan terkait kasus yang melibatkan dirinya.

Baca Juga: Viral Kata Atapu di Media Sosial, Apa Artinya Sih?

Alat diasumsikan akan mendeteksi kebohongan atau, ketakutan, perubahan emosional, dan perubahan fisiologis yang kemudian berdampak pada perubahan tubuh.

Perubahan sendiri didorong oleh sistem saraf otonom yang berperan mengatur internal tubuh dan hal lain di luar kendalinya. 

Dalam penggunaan poligraf, Puslabfor menggunakan tiga teknik yakni sensor jantung, kelenjar keringat, dan sensor pernapasan. Ketiganya telah menjadi standar dari asosiasi poligraf Amerika.

Saraf ini tak bisa diatur secara sadar oleh manusia. Artinya, selihai apapun orang tersebut berbohong pasti akan terjadi perubahan fisiologis seperti frekuensi pernapasan, tekanan darah, bahkan produktivitas keringat.

Baca Juga: Jelang Natal dan Tahun Baru, iBox Tawarkan Diskon iPhone 14?

Fungsi Lie Detector 

Secara umum alat pendeteksi kebohongan punya beberapa fungsi, yakni sebagai berikut.

Menggali kejujuran, mendeteksi kebohongan, dan sebagai alat pembuktian ketidakbersalahan.

Meski demikian, masih ada pro dan kontra terkait alat ini. Beberapa ahli mengungkap keraguan dari hasil alat ini.

Akurasi Alat Pendeteksi Kebohongan

Menurut American Psychological Association (APA), alat poligraf ini digunakan untuk memantau perubahan yang signifikan dalam tubuh.

Baca Juga: Akhirnya! Fitur Baru Instagram Bantu Pulihkan Akun Kena Hack

Dikutip dari detik.com, hal itu juga disebutkan oleh Prof. Aldert Vrij sehingga menjadi dasar akurasi alat pendeteksi kebohongan.

"Alat ini tidak mengukur kebohongan, yang seharusnya jadi inti fungsinya. Konsepnya, pembohong akan menunjukkan peningkatan respons tubuh saat menjawab pertanyaan kunci, sementara orang yang menjawab jujur tidak," jelas Vrij.

Poligraf nantinya akan mengumpulkan sekaligus menganalisis respon fisiologis manusia lewat sensor yang dihubungkan dari mesin ke tubuh manusia.

Sebagai informasi, penggunaan alat ini ternyata dilakukan sejak tahun 1924, namun temuan pertama terjadi sekitar tahun 1902. 

Baca Juga: Ahli Sebut Kuat Bohong Tak Lihat Ferdy Sambo Tembak Brigadir J

Meski telah lama ditemukan, poligraf terus mengalami penyesuaian, karena berkembangnya teknologi.

Alat Pendeteksi Kebohongan Milik Polri

Bareskrim Polri sendiri memiliki alat pendeteksi kebohongan buatan Kanada tahun 2019. Alat tersebut telah diakui oleh asosiasi poligraf Amerika dan diklaim memiliki tingkat akurasi hingga 93% sesuai standar ISO (The International Organization for Standardization) atau IEC 17025.