Info Kesehatan

Kenali Gejala Allergic Rhinitis, Peradangan pada Saluran Hidung

Allergic rhinitis atau rinitis alergi adalah salah satu bentuk peradangan lapisan dalam hidung yang muncul Ketika menghirup alergen.

Rinitis Alergi. Foto:drbrianhweeks

apahabar.com, JAKARTAAllergic rhinitis atau rhinitis alergi adalah salah satu bentuk peradangan lapisan dalam hidung yang muncul ketika menghirup alergen.

Alergen sendiri ialah suatu kelainan yang disebabkan oleh zat penyebab alergi, disebut alergen.

Alergen bisa berupa serbuk sari, debu, dan bulu hewan peliharaan. Gejala umumnya adalah bersin dan pilek.

Alergen adalah zat tidak berbahaya yang menyebabkan reaksi alergi. Rinitis alergi, atau demam, adalah respons alergi terhadap alergen tertentu.

Baca Juga: Menjaga Kesehatan Mental dengan Cara Melakukan Aktivitas Ini

Serbuk sari adalah alergen yang paling umum pada rinitis alergi musiman. Ini adalah gejala alergi yang terjadi seiring pergantian musim.

Melansir Healthline, Kamis (19/10), hampir 8 persen orang dewasa di Amerika Serikat mengalami beberapa jenis rhinitis alergi, menurut American Academy of Allergy, Asthma and Immunology (AAAAI). Antara 10 dan 30 persen populasi dunia mungkin juga menderita rhinitis alergi.

Adapun gejala umum Rhinitis Alergi mulai dari bersin, pilek, hidung gatal dan tersumbat, batuk, tenggorokan sakit atau gatal, mata gatal dan berarir.

Gejala lain yaitu lingkaran hitam di bawah mata, sering sakit kepala, gejala jenis eksim, seperti kulit yang sangat kering dan gatal yang dapat melepuh, serta kelelahan yang berlebih.

Baca Juga: 7 Karakter Terkuat pada Animasi Besutan Studio Ghibli, Siapa Saja?

Seseorang biasanya akan merasakan satu atau lebih gejala ini setelah melakukan kontak dengan alergen.

Beberapa gejala, seperti sakit kepala berulang dan kelelahan, mungkin hanya terjadi setelah paparan alergen dalam jangka waktu lama.

Meski beberapa orang jarang mengalami gejala, tapi kemungkinan besar terjadi jika terpapar oleh alergen dalam jumlah banyak.

Jika gejala berlangsung lebih dari beberapa minggu dan tampak tidak membaik segera periksa dokter.

Baca Juga: 16 Oktober Hari Kesadaran Alergi Sedunia, Sadari Alergi Untuk Kepentingan Bersama

Penyebab Rhinitis Alergi

Ketika tubuh bersentuhan dengan alergen, alergen akan melepaskan histamin, yang merupakan bahan kimia alami yang melindungi tubuh dari alergen tersebut.

Bahan kimia ini dapat menyebabkan Rhinitis Alergi dan gejalanya antara pilek, bersin dan mata gatal.

Selain serbuk sari, alergen umum lainnya meliputi:

1. Serbuk sari rumput

2. Tungau debu

3. Bulu Binatang

4. Air liur kucing

Baca Juga: Atopi dan Alergi, Apa Perbedaannya?

Pada waktu tertentu dalam setahun, serbuk sari bisa menimbulkan masalah. Serbuk sari pohon bunga lebih sering terjadi di musim semi.

Rerumputan dan gulma menghasilkan lebih banyak serbuk sari di musim panas dan gugur.

Jenis Rhinitis Alergi

Dua jenis rhinitis alergi bersifat musiman dan abadi. Alergi musiman biasanya terjadi selama musim semi dan gugur dan biasanya merupakan respons terhadap alergen luar ruangan seperti serbuk sari.

Alergi abadi dapat terjadi sepanjang tahun, atau kapan saja sepanjang tahun ssebagai respons terhadap zat-zat  di dalam ruangan, seperti tungau debu dan bulu hewan peliharaan.

Faktor Rhinitis Alergi

Alergi dapat menyerang siapa saja, namun seseorang dapat mungkin terkena rhinitis alergi jika ada Riwayat alergi dalam keluarganya.

Menderita asma atau eksim atopic juga dapat meningkatkan risiko rhinitis alergi.

Beberapa faktor eksternal yang dapat memicu atau memperburuk kondisi ini yaitu:

1. Asap rokok

2. Bahan kimia

3. Suhu dingin

4. Kelemababan

5. Angin

6. Polusi udara

7. Semprotan rambut

8. Parfum

9. Asap kayu

10. Uap

Baca Juga: Jangan Anggap Remeh! Cacar Air Berisiko Bawa Penyakit Komplikasi Lain

Cara mendiagnosis Rhinitis Alergi

Jika mempunyai alergi ringan, mungkin hanya memerlukan pemeriksaan fisik.

Namun, dokter mungkin akan melakukan tes tertentu untuk mengetahui rencana pengobatan dan pencegahan terbaik.

Tes tusuk kulit adalah salah satu yang paling umum. Dokter akan menempatkan beberapa zat ke kulit untuk melihat bagaimana tubuh beraksi terhadap masing-masing zat tersebut.

Biasanya benjolan merah kecil muncul jika mempunyai alergi terhadap suatu zat.

Tes darah atau tes radioallergosorbent (RAST), ini juga umum dilakukan. RAST mengukur jumlah immunoglobulin E terhadap alergen tertentu dalam darah.

Pengobatan di rumah

Pengobatan di rumah akan bergantung pada alergen. Jika memiliki alergi musiman atau serbuk sari, maka dapat mencoba menggunakan AC daripada membuka jendela agar debu dari luar tidak masuk ke dalam kamar dan menggunakan filter yang dirancang untuk alergi.

Baca Juga: Sering Pusing dan Sakit Perut, Bisa Jadi Gejala Depresi pada Remaja

Menggunakan dehumidifier atau filter udara particular efisiensi tinggi (HEPA) dapat membantu mengendalikan alergi saat berada di dalam ruangan.

Jika alergi terhadap tungau, cuci seprei dan selimut dengan air panas. Menambahkan filter HEPA ke penyedot debu dan menyedot debu setiap minggu juga dapat membantu.

Pengobatan alternatif dan komplementer

Karena kekhawatiran akan kemungkinan efek samping, semakin banyak orang dengan alergi mencari cara untuk mengatasi gejala secara alami.

Namun, penting untuk diingat bahwa obat apa pun dapat menimbulkan efek samping, meskipun itu obat alami.

Selain pengobatan di rumah, pilihannya juga dapat mencakup pengobatan alternatif dan gratis.

Baca Juga: 13 Oktober Hari Tanpa Bra, Kampanye Kesehatan Payudara Perempuan

Kelemahan dari perawatan ini adalah hanya ada sedikit bukti pendukung yang membuktikan bahwa perawatan tersebut aman atau efektif.

Menurut pusat Kesehatan komplementer dan integratif nasional (NCCIH), beberapa perawatan ini mungkin membantu dalam menangani alergi musiman

Namun penelitian lebih lanjut masih diperlukan. Sebelum melakukan hal berikut sebaiknya dibicarakan ke dokter terlebih dahulu yaitu:

1. Akupunktur

2. Irigasi garam hidung

3. Suplemen butterbur

4. Madu, yang varietas mentah dan organik

5. Probiotik

Meskipun pengobatan alternatif ini berasal dari tumbuhan dan bahan alami lainnya, pengobatan alternatif ini mungkin dapat berinteraksi dengan obat-obatan, serta menimbulkan reaksi.