Kenaikan Cadangan Devisa, IHSG Berpotensi Variatif

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (8/3) dibuka melemah 7,70 poin atau 0,11 persen ke posisi 6.759.

Arsip foto - Karyawan memotret layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (10/2). Foto: ANTARA

apahabar.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (8/3) berpeluang variatif seiring kenaikan cadangan devisa dalam negeri.

IHSG pagi ini dibuka melemah 7,70 poin atau 0,11 persen ke posisi 6.759. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 turun 1,52 poin atau 0,16 persen ke posisi 934,2.

"Untuk hari ini IHSG diprediksi bergerak mixed dalam range 6.740 hingga 6.820," ujar Financial Expert Ajaib Ratih Mustikoningsih di Jakarta, Rabu (8/3).

Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa Indonesia Februari 2023 meningkat mencapai 140,3 miliar dolar Amerika Serikat (AS), atau lebih besar dibandingkan periode sebelumnya 139,4 miliar dolar AS.

Baca Juga: BEI Suspensi Saham Fortune Mate Indonesia, Mirae: Colling Down

Peningkatan cadangan devisa dipengaruhi oleh penerimaan pajak serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, yang mana besarnya cadangan devisa setara dengan 6,2 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri.

Bursa AS bergerak turun pada perdagangan kemarin. Pasar merespon negatif pidato pemimpin the Fed Jerome Powell yang mengingatkan potensi bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga acuan lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya.

Sementara itu, kinerja ekspor dan impor China tercatat menurun dalam dua bulan pertama 2023.

Tercatat, ekspor Negeri Tirai Bambu turun 6,8 persen year on year (yoy), namun lebih baik dibandingkan periode sebelumnya yang turun 9,9 persen, serta impor tercatat susut 10,2 persen yoy, atau lebih rendah dari periode sebelumnya yang turun 7,5 persen yoy.

Baca Juga: Pasar Cermati Pidato Pemimpin The Fed, IHSG Melemah

Penurunan kinerja impor tersebut diantaranya dampak dari melemahnya harga komoditas dan penguatan dolar AS, bukan karena permintaan konsumsi domestik yang melemah. Adapun, surplus neraca dagang China tercatat sebesar 116,88 miliar dolar AS dalam periode Januari-Februari 2023 tahun ini.