Kalsel

Kedai Kopi Menjamur, Bakula Kupi Berupaya Makmur

apahabar.com, BANJARMASIN – Masyarakat Banjar tentu sudah tak asing lagi dengan budaya ‘mewarung’. Perlahan budaya itu…

‘Bakula Kupi’ mencoba terus menghidupkan budaya ‘mewarung’, dengan konsep lesehan nan sederhana, kedai kopi ini berada di kawasan Sungai Andai, samping Jembatan Awang. Foto-apahabar.com/Wahyu

apahabar.com, BANJARMASIN – Masyarakat Banjar tentu sudah tak asing lagi dengan budaya ‘mewarung’.

Perlahan budaya itu mulai menghilang tergerus zaman. Beralih ke kedai-kedai kopi modern yang menjamur di Kota Seribu Sungai.

Sembari memanfaatkan waktu senggang mereka, Nahdi Riza bersama rekannya Azis, mencoba melawan arus.

Pemilik salah satu kedai kopi di Banjarmasin itu kukuh ikut mempertahankan budaya ‘mewarung’ masyarakat Banjar yang kata mereka sudah mulai jarang digandrungi kawula muda, lewat kedai kopi mereka.

Bertekad menghidupkan kembali budaya ‘mewarung’, keduanya pun membangun kedai kopi sendiri berkonsep bahari.

“Konsep dari kedai kami sendiri ingin mengingatkan kembali akan budaya ‘mewarung’ tersebut,” jelas Alex, sapaan Riza ditemui apahabar.com, belum lama ini.

Warungnya berlantaikan aspal nan sederhana. Meski begitu, kedai milik mereka tak sepenuhnya ketinggalan zaman. Kedai kopi mereka juga dihiasi bar, menyerupai rombong.

Lampu lampu digantung seperti halnya di pinggiran kampung. Dan tentunya tidak ketinggalan adalah jajanan khas Banjar. “Biar tidak menghilangkan budaya ‘mewarung’ di mana orang berkumpul dalam satu tempat, kenal maupun tidak,” jelas Riza diamini Azis.

Kedai kopi milik mereka dinamakan Bakula Kupi. Kata ‘bakula’ sendiri berasal dari bahasa Banjar yang artinya “Bersaudara”. Tidak hanya dari nama, menu yang mereka tawarkan pun terbilang unik seperti: ‘Kupi Waring’, ‘Kupi Angah’, ‘Kupi Julak Laki Bini’, ‘Kupi Gulu Laki Bini’, ‘Kupi Julak’.

Selain menu kopi, mereka juga menawarkan menu non-kopi seperti Intah atau teh, blueberry dan lainnya untuk pelanggan mereka yang tidak menggemari kopi namun tetap ingin merasakan seperti apa rasanya budaya mewarung.

Adapun, jajanannya cukup mie telor instan, namun disertai jenis kue tradisional khas banjar. Karpet untuk lesehan dan meja-meja kayu yang mereka sediakan seolah membawa kembali pada masa ‘mewarung’ saat masih digemari masyarakat Banjar baik tua maupun muda.

Ditambah mereka juga menyediakan permainan domino, congklak (dakuan) juga gitar, untuk para pelanggannya agar bisa mengisi waktu daripada harus sibuk dengan gadget.

Alex berharap menjamurnya kedai-kedai kopi di Banjarmasin bukanlah alasan bagi para generasi muda untuk meninggalkan kebiasaan ‘mewarung’ masyarakat Banjar. Kedai kopi “Bakula Kupi” bertempat di Sungai Andai, tepat samping Jembatan Awang.

Baca Juga: Kapolres Banjarbaru Bersilaturahmi Dengan Wartawan

Baca Juga: Masih Bau Kencur, Bocah Sebuku Nyamun Sarang Walet

Reporter: Wahyu Abyad
Editor: Fariz Fadhillah