Kalsel

Kasus Positif Covid-19 di Banjarbaru Didominasi Orang Tanpa Gejala

apahabar.com, BANJARBARU – Puluhan kasus positif Covid-19 di Banjarbaru di dominasi oleh orang tanpa gejala atau…

Telconference GTPP Covid-19 Banjatbaru, Minggu (26/4) sore. Foto-GTPP Covid-19 Banjarbaru.

apahabar.com, BANJARBARU – Puluhan kasus positif Covid-19 di Banjarbaru di dominasi oleh orang tanpa gejala atau OTG.

“Sebaran dari 23 orang positif ini, ada 18 orang OTG atau sebesar 78 persen,” ujar Juru Bicara GTPP Covid-19 Banjarbaru, Rizana Mirza kepada apahabar.com, Minggu (26/4) sore.

Dijelaskannya, termasuk OTG, mereka yang positif dan di rawat di Ambulung.

“Kondisi mereka yang di Ambulung masih dalam proses pengobatan dan selalu di pantau tenaga medis, kondisi baik dan stabil, tapi masih ada virus Covid-19, makanya mereka masuk dalam OTG,” ungkap Mirza, sapaan akrabnya.

Oleh karena itu, meskipun 14 hari telah berlalu (masa inkubasi virus) mereka yang dirawat di Ambulung mesti melalui beberapa tahapan tes Swab lagi sampai hasil akhir menunjukkan negatif.

“Mereka masih harus melalui beberapa tahapan tes ulang seperti tes Swab, jika negatif baru boleh pulang,” jelasnya.

Sedangkan kasus positif dengan menunjukkan gejala di Banjarbaru tercatat hanya minoritas.

“Pasien dengan gejala demam dan batuk ada 5 orang atau 22 persen,” terangnya.

Sehingga, lanjutnya, yang sangat di khawatirkan saat ini ialah mereka yang termasuk OTG.

Seperti diketahui, kasus positif Covid-19 di Banjarbaru per Minggu (26/4) sore sebanyak 23 kasus dengan jumlah ODP sebanyak 190 kasus.

“Jadi tidak semua orang yang terkonfirmasi positif ini ada gejala ya, mereka itu juga ada orang yang tanpa gejala,” tutupnya.

Dilokasi terpisah, Wali kota Banjarbaru, Nadjmi Adhani juga mengkhawatirkan penyebaran Covid-19 melalui mereka yang OTG. Dengan demikian, pengajuan PSBB -jika disetujui-, diharapkannya dapat memutus rantai penyebaran virus baik dari yang bergejala maupun yang tanpa gejala.

“Jika PSBB disetujui, diharapkan pergerakan orang nantinya terbatas dan dilokalisir sehingga 14 hari ke depan orang yang sakit imunitasnya dirawat sehingga dia punya daya tahan. Orang yang tidak sakit tidak terkena, orang yang tanpa gejala (OTG) dirumahkan sehingga tidak membawa carier pada kita,” katanya.

Karena menurutnya dengan di rumah saja dalam dua pekan akan meningkatkan imunitas atau daya tahan tubuh khususnya si OTG tersebut, dan penyebaran akan terputus.

“OTG ini yang kita kuatirkan, Kalau dia di rumah selama 14 hari itu dia akan sembuh total karena imunitasnya akan melawan,” pungkasnya.

Reporter : Nurul MufidahEditor: Muhammad Bulkini